Diare
Diare pada bayi bisa karena bermacam faktor, dari makanan yang tercemar kuman atau virus, keracunan makanan, sampai alergi susu. Diare pada bayi umumnya dapat dilihat dari jumlah cairan yang keluar melalui buang air besar (BAB) yang lebih banyak dari cairan yang masuk. Frekuensi BAB-nya lebih dari tiga kali sehari. Jadi, harus diberi banyak cairan supaya tidak terjadi dehidrasi.
Diare yang disertai demam, paling sering disebabkan oleh virus. Semua penyakit karena virus tidak ada obatnya. Yang penting, meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi kehilangan cairan tubuh dengan banyak-banyak minum, terutama ASI. Sementara diare yang disertai muntah biasanya disebabkan rangsangan ke dalam saluran pencernaan. Rangsangan ini bisa macam-macam, bisa oleh kuman atau racun zat kimia.
Obat diare yang paling ampuh bagi bayi sebenarnya adalah ASI, karena mengandung obat antivirus atau kuman yang dapat mencegah dan mengurangi lamanya penyakit bersarang di dalam tubuh bayi. Yang penting beri minum yang banyak. Yang harus diperhatikan, orang tua jangan memberi bayi obat pemampat feses. Jika feses mampat, kuman enggak mati, malah berkumpul di dalam usus. Lebih baik kuman dikeluarkan dulu melalui BAB. Setelah kuman habis, otomatis diare akan berhenti dengan sendirinya.
Mitos Atau Fakta?
Ada banyak mitos tentang perawatan bayi yang berkembang dan terus dipertahankan di masyarakat. Sebagian salah, tapi ada pula yang secara ilmiah benar. Mana yang Anda ikuti? Berikut beberapa di antaranya:
Mitos:
Pakai gurita agar tidak kembung.
Fakta:
Salah. Pasalnya, organ dalam tubuh malah akan kekurangan ruangan. Dinding perut bayi masih lemah, volume organ-organ tubuhnya pun tak sesuai dengan rongga dada dan rongga perut yang ada, karena sampai 5 bulan dalam kandungan, organ-organ ini terus tumbuh, sementara tempatnya sangat terbatas. Jika bayi menggunakan gurita, maka ruangan untuk pertumbuhan organ-organ ini akan terhambat. Boleh memakai gurita, asal ikatan bagian atas dilonggarkan, sehingga jantung dan paru-paru bisa berkembang.
Mitos:
Kuku tak boleh dipotong sebelum 40 hari.
Fakta:
Salah. Jika tidak dipotong, kuku yang panjang itu bisa melukai wajah bayi, bahkan melukai kornea mata. Kalau sampai kena kornea, tak bisa disembuhkan lagi. Mitos ini mungkin lebih disebabkan kekhawatiran akan melukai kulit jari tangan atau kaki si bayi saat ibu menggunting kuku-kukunya. Sebaiknya gunting dengan gunting kuku khusus untuk bayi.
Mitos:
Kaki dibedong agar tidak pengkor.
Fakta:
Salah. Bedong bisa membuat peredaran darah bayi terganggu lantaran kerja jantung memompa darah menjadi sangat berat. Akibatnya, bayi sering sakit di sekitar paru-paru atau jalan napas. Selain itu, bedong juga bisa menghambat perkembangan motorik si bayi, karena tangan dan kakinya tak mendapatkan banyak kesempatan untuk bergerak.
Sebaiknya bedong dilakukan hanya setelah bayi dimandikan atau kala cuaca dingin, untuk menjaganya dari udara dingin. Dipakainya pun longgar. Yang jelas, pemakaian bedong sama sekali tak ada kaitannya dengan pembentukan kaki. Semua kaki bayi yang baru lahir memang bengkok. Pasalnya, di dalam perut tak ada ruangan cukup bagi bayi untuk meluruskan kaki. Sehingga waktu lahir, kakinya pun masih bengkok.
Mitos:
Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
Fakta:
Salah. Yang tepat adalah tidak pergi ke tempat yang penuh orang (crowded). Banyak orang berarti banyak kuman penyakit. Misalnya ke mal atau perhelatan. Ingat, kekebalan bayi masih sangat rentan saat usianya di bawah 40 hari. Jadi, di bawah setahun, sebaiknya jangan membawa bayi ke mal, kecuali memang sangat penting dan hanya sebentar.
Hasto Prianggono
Foto-foto: Agus Dwianto
KOMENTAR