Nah, tepat di depan sekolahku kan, banyak sekali berdiri distro dan butik-butik baru. Dari situ timbul keinginan punya distro sendiri. Akhirnya, setahun kemudian, aku membuka distro sendiri, Soul Artist, enggak jauh dari sekolah juga. Tepatnya di Jalan Bahureksa.
Enggak mengganggu urusan melukis?
Tapi, aku tetap kok, melukis. Kalau tidak ada halangan, tahun depan aku ingin pameran tunggal. Sekarang sedang berusaha menambah koleksi lukisan, supaya cukup untuk pameran. Kan, biasanya lukisan yang dibutuhkan minimal 30 buah. Sedangkan aku baru punya belasan.
Enggak ada konsep khusus untuk pameran tunggalku nanti. Karena ini baru pertama kali, aku hanya ingin menampilkan apa adanya aku dulu, tidak mengotakkan diri pada satu tema khusus.
Sekarang, aku sedang menyelesaikan satu lukisan di atas kanvas sepanjang 1,8 meter. Ya, mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa selesai.
Dari sekian banyak lukisan yang kamu buat, mana yang paling berkesan?
Semua lukisan yang kubuat sangat berkesan dan punya makna sendiri. Aku terbiasa membuat lukisan yang berawal dari sebuah inspirasi. Jadi enggak pernah asal melukis, selalu ada konsepnya. Semua punya cerita tersendiri.
Ada sih, beberapa karyaku, entah itu di media lukis atau T-Shirt yang tidak dengan mudah dimengerti orang. Menurutku ini wajar aja, karena mungkin orang lain belum pernah memiliki pengalaman seperti yang kualami. Jadi tentu dia sulit mengartikan karyaku.
Aliran lukisan yang kamu pilih?
Lukisanku sekarang lebih ke kontemporer. Dulu, karena masih dalam tahap pembelajaran, jadi suka ganti-ganti. Sekarang sih, aku sudah yakin di kontemporer. Aku pilih kontemporer karena alirannya menganut paham bebas dan tidak terpaku pada satu pakem.
Salah satu pelukis favoritku adalah Chris Lewis yang dari Amerika Serikat. Dia itu pelukis yang senang sekali melukis objek naturalis dengan menggunakan cat minyak.
KOMENTAR