Betapa terkejutnya Mira ketika memergoki anaknya, Rafa, sedang menendang seekor kucing sambil tertawa. Dengan sigap, ia langsung menegur Rafa dan memintanya untuk berjanji tidak mengulangi perbuatannya. Masalah belum usai sebab Mira khawatir anaknya akan cenderung menyukai kekerasan. Benarkah demikian?
Empati Terbatas
Menurut Psikolog Klinik Kembang dan Edukasi Terpadu Rumah Sakit Pondok Indah, Roslina Verauli, M.Psi., anak yang senang menyakiti binatang dibagi atas dua kategori usia. Yakni, usia di bawah lima tahun dan usia sekolah dasar. Nah, jika perbuatan menyakiti binatang dilakukan anak usia preschool (2-3 tahun), umumnya mereka bukan menyakiti binatang. Menurut tahap tumbuh kembangnya, perilaku ini hanya bagian dari agresivitas atau ekspresi gemas terhadap hewan. Misalnya, ketika seorang anak melihat kelinci atau anak anjing, mereka mengekspresikan rasa suka dan gemasnya dengan memeluk hewan itu terlalu kencang.
Agresivitas ini dilakukan karena mereka belum memiliki kemampuan berpikir yang memadai dan rasa empatinya terbatas sehingga ekspresi gemasnya menjadi tak terkendali. Ketika anak merasa gemas dengan hewan, ia merasa perlu memperlakukan hewan itu dengan cara tertentu, tapi ia tidak sadar kalau caranya bisa berdampak melukai hewan.
Selain itu, energi anak ternyata besar dan kuat, tapi kemampuan mengendalikannya yang terbatas. Penyebabnya karena kemampuan berpikirnya yang belum memadai tadi. "Jadi menyesuaikan antara gemas dan kekuatan fisiknya masih kurang. Pelukan terlalu kencang itulah yang kemudian terkesan 'menyakiti' hewan, padahal tidak," ujar Vera.
Lantas apa yang harus dilakukan orangtua ketika melihat anaknya di usia ini melakukan kekerasan pada hewan? Lakukanlah hal berikut ini:
On the spot: Orangtua memberi peringatan dan mengajar anak secara langsung ketika ia salah memegang hewan. Misalnya, "Eh, enggak begitu caranya, nanti anjingnya kesakitan."
Sentuhan sayang: Katakan kepada anak bahwa hewan juga makhluk hidup yang harus dijaga dan sayang. Ajarkan kepada anak bagaimana cara menyayangi binatang secara fisik. Contohnya, ambil tangan anak dan ajak ia menyentuh binatang dengan cara menyentuh atau memberi usapan sayang.
Pilih kosakata: Jangan pernah katakan kepada anak, "Kelincinya jangan dicekik." Di usia sedini ini, anak belum mengerti apa itu arti kata "cekik". Jadi perhatikan unsur kata yang akan Anda sampaikan kepada anak.
Konsekuensi: Bantu anak membangun perasaan tentang apa itu rasa sakit, juga ajarkan konsekuensi apa yang akan terjadi jika ia menyakiti binatang. "Nanti kalau binatangnya kesakitan, dia bisa mati".
Yang perlu diingat oleh orangtua adalah fase ini merupakan fase pertama anak belajar bagaimana memperlakukan dan bertanggung jawab terhadap binatang. Di kemudian hari, hal ini bisa membantunya bertanggung jawab kepada dirinya sendiri.
KOMENTAR