Munculnya tantrum atau amarah yang tak terkendali sebetulnya merupakan pertanda baik. Tangani amukannya secara bijak.
Sering, kan, anak marah-marah hanya karena ia merasa tidak puas oleh hal sepele. Misalnya, sepatu yang disodorkan ibu tidak sesuai dengan keinginannya. Ia minta warna merah jambu, tapi karena kotor, ia harus memakai sepatu yang berwarna cokelat. Yang terjadi kemudian, si anak menolak sambil marah dan melempar sepatunya. Kalau keinginannya belum terpenuhi juga, dia akan semakin marah dan menangis keras. Bahkan, terkadang sampai berguling-guling di lantai.
Pada kenyataannya, tantrum merupakan suatu hal yang wajar karena dialami oleh semua anak usia dini. Perilaku ini belum muncul di usia awal karena umumnya bayi hanya menunjukkan respons atas kebutuhannya seperti kalau lapar, haus, dan popoknya basah, dengan cara menangis. Namun seiring perkembangannya, di usia sekitar 9 bulan bayi mengembangkan konsep "saya mau". Nah, bila sesuatu yang diinginkannya tidak berjalan sesuai yang dia mau, maka ia akan frustasi. Salah satu cara untuk menandakan perasaan itu adalah dengan tantrum. Inilah bentuk-bentuk amukan di usia batita dan cara mengatasinya.
USIA 12-18 bulan
Mendekati usia setahun, anak bisa frustrasi saat menghadapi adanya hambatan-hambatan fisik. Misalnya, beberapa anak merasa terintangi saat harus duduk di kursi tinggi (kursi makan batita), di carseat, atau di tempat bermainnya yang berpagar. Benda-benda tersebut membatasi geraknya sementara kemampuan motoriknya sedang berkembang dan bertambah. Selain itu, anak juga masih terbatas kemampuan bicaranya, sehingga belum dapat mengekspresikan keinginannya lewat kata-kata. Akibatnya ia akan mengepalkan tangannya dengan muka memerah karena marah, seolah ia mengatakan kepada kita bahwa situasinya saat itu sedang tidak nyaman.
* Bentuk tantrum
Anak menangis keras, melengkungkan punggungnya, dan menggeliat-geliat dengan marah.
* Cara mengatasinya
Sebagai orang tua, cobalah untuk memahami segala keterbatasannya, dan antisipasilah hambatan-hambatan itu agar tantrum tidak keburu muncul. Jika anak telanjur mengamuk, cara mengintervensinya yaitu dengan mengambil si anak untuk disayang-sayang, dielus, dan dipeluk sampai dia tenang. Tak perlu memberi pelajaran pada anak seusia ini. Alihkan saja perhatiannya pada mainan dan nyanyian, ini dapat membantu.
Kasih sayang orang tua bukan hanya dapat mengerem tantrum, tapi juga membantu anak mengembangkan rasa aman, sehingga ia mampu membangun dasar dari perasaan yang baik. Dengan modal dasar ini, bila sudah besar nanti, ia bisa menenangkan dirinya kala sedang marah. Ia pun akan belajar bahwa dirinya bisa mengontrol dan dapat tetap tenang tanpa harus marah meledak-ledak.
Namun perlu diingat, bagaimanapun juga tidaklah mudah menenangkan anak yang tengah frustrasi dan membuatnya nyaman. Bila memang tidak berhasil, hadapi terus dengan sikap yang santai. Pastikan bahwa segala sesuatunya sudah berjalan benar, dan tidak ada kesalahan yang jadi penyebab tantrum-nya. Kalau sudah begitu, jangan coba-coba untuk menghentikan tangisannya. Adakalanya, Anda cuma bisa menunggu sampai tantrum-nya reda.
18 BULAN SAMPAI 3 TAHUN
Ingat, di usia batita, tantrum tak lebih merupakan ekspresi sederhana dari rasa frustrasi. Anak sebetulnya ingin merasa berkuasa dan menjadi sangat marah ketika keinginannya tidak terpenuhi segera. Sementara, sangatlah penting bagi orang tua untuk mendukung kemandiriannya yang sedang berkembang. Oleh karena itu, orang tua tetap harus bersikap kritis untuk mengatakan "tidak" terhadap permintaan-permintaannya yang tidak masuk akal.
Contohnya, saat kita sedang memasak anak merengek-rengek minta digendong. Katakan kepadanya baik-baik bahwa dia akan segera digendong bila kita sudah menyelesaikan pekerjaan dapur. Jadi, lanjutkan saja pekerjaan memasak tersebut.
Namun, bersiaplah bila kemudian anak berteriak, "Gendong!" sambil meraung-raung dan menarik-narik baju kita. Karena anak belum dapat mengatur perasaannya, kemarahan itu cenderung meningkat. Akibatnya, tantrum-nya tidak dapat diprediksi, bisa cepat menghilang dan bisa juga menguat.
* Bentuk tantrum:
Berteriak sambil menangis, menendang, membanting dan melempar sesuatu, memukuli tangan dan kaki, serta menjatuhkan diri ke lantai. Jadi, jangan kaget bila anak melemparkan dirinya ke lantai sambil menghentak-hentakkan tangan dan kakinya di lantai karena frustrasi.
Mengapa bisa seperti itu? Tentunya karena di usia ini anak belum mengerti konsep menunggu. Bila sedikit saja penanganannya tertunda, hal itu bisa membuatnya lepas kendali. Begitu pun dengan rasa capek, lapar, dan perubahan yang tidak diharapkan.
Ironisnya, tingkah laku yang terburuk justru ditunjukkan kepada kita yang telah mencurahkan kasih sayang secara tulus. Rupanya, kedekatan selama ini membuatnya merasa aman untuk mengekspresikan kemarahan, rasa frustrasi dan kekecewaannya di hadapan kita.
* Cara mengatasinya:
Orang tua harus mengambil tindakan bila ia menggigit, memukul, menendang, mencakar atau bila membahayakan dan melukai dirinya sendiri dengan mengeliat-geliat di lantai tanpa kontrol. Cara mengintervensinya dengan bergerak tenang dan menghindari jangkauan anak, sambil mengatakan, "Tidak. Kamu tak boleh tendang ibu/ayah!" Bila ia bermaksud membahayakan dan melukai dirinya, maka segeralah bawa ke tempat yang aman dimana dia dapat melanjutkan tantrum-nya dengan aman.
Selama menghadapi tantrum, bersikaplah konsisten atau tidak mengalah. Misalnya, anak mengamuk karena kita tidak mengizinkannya makan permen ketiga. Saat ia berteriak-teriak minta lagi, berikan alasan yang masuk akal. Sikap menyerah hanya akan membuat anak belajar bahwa dia bisa menggertak orang tua untuk menuruti keinginannya.
Anak di usia ini masih bisa dialihkan perhatiannya. Ajaklah ia untuk mencoba berbagai permainan yang menarik, seperti puzzle sederhana. Hal ini akan membantu menggeser pikirannya dari permen tadi.
Bila tantrum-nya penuh dengan gerakan-gerakan, sebaiknya orang tua tetap berada di dekatnya. Biarkan ia begitu dan jangan memberinya respons. Saat tidak mendapat hal yang diinginkan, ia mungkin menginginkan perhatian dari kita. Namun, bila kita meladeni kelakuannya dalam bentuk interaksi apapun, hal ini malah akan meningkatkan tantrum-nya. Sebaliknya semakin sedikit kita bereaksi, semakin cepat pula tantrum itu teratasi.
Bila Anda ragu untuk memberi respons atau tidak, ingatlah bahwa anak perlu belajar bagaimana mengalami perasaan frustrasi dan kekecewaan. Jadi, cara terbaik untuk membantunya adalah dengan tidak ikut campur. Beri ia kesempatan untuk mengatasi perasaan tidak nyamannya sendiri, dan bagaimana mengembalikan kontrol diri setelah lepas kendali.
Sekali dia belajar, dia akan siap untuk pelajaran berikutnya. Pada akhirnya, dengan tidak bereaksi, anak akan melihat bahwa tantrum-nya itu tak berpengaruh apa-apa pada orang tua. Atau paling tidak, ia melihat efeknya terhadap kita sangatlah kecil. Dengan demikian sedikit kemungkinan anak akan mengulang amukannya di lain waktu.
Segera sesudah itu anak dapat memulai proses pemulihan dan belajar menenangkan diri sendiri. Begitu tantrum-nya sudah lewat ia akan kembali bersahabat. Ini mengisyaratkan bahwa semakin cepat anak mengendalikan kontrol dirinya, semakin cepat pula dia mau berbaikan kembali dengan kita.
LIMA CARA AGAR ORANG TUA TETAP TENANG
1. Lakukan kegiatan
Meski mungkin kita bingung menghadapi kemarahan anak, tetaplah bersikap seolah tak peduli dan lakukan aktivitas sehari-hari. Fokuskan pada tugas-tugas yang konkret, semisal mencuci piring, menyiram tanaman, atau membereskan kamar. Hal ini dapat membantu kita untuk mengalihkan pikiran dari anak yang tantrum.
2. Berhitung
Menghadapi amukan anak yang tidak terkendali, sangat mungkin membuat kita menjadi kesal. Agar tidak berlanjut menjadi amarah, maka ambil napas dalam-dalam kemudian hitunglah satu sampai sepuluh. Berhitung akan membantu kita menenangkan diri.
3. Tidak menggunakan fisik
Bila hampir kelepasan memberi pukulan, maka ingatlah bahwa cara terbaik menyelesaikan konflik adalah dengan bicara dan kompromi setelah anak dan orang tua sudah sama-sama tenang.
4. Pindah ke tempat lain
Ciptakan jarak dengan anak yang sedang mengamuk. Untuk anak yang masih kecil bisa dengan membawanya ke ruang lain yang aman, kemudian tinggalkan. Untuk anak yang lebih besar bisa dengan memintanya pergi keluar dari ruangan, tapi bila ia menolak maka orang tua yang sebaiknya pergi.
5. Ingat bahwa tantrum adalah suatu sinyal yang baik
Tantrum merupakan suatu reaksi normal terhadap frustrasi, bukan suatu tanda ketidakpatuhan. Tantrum juga mengisyaratkan bahwa kita sebenarnya sudah berlaku benar dengan membuat batasan-batasan, sehingga anak merasa cukup aman mengekspresikan dirinya secara jujur pada kita.
Dedeh
KOMENTAR