Warna tinjanya pun bervariasi karena sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi. Namun umumnya, tinja pada bayi dengan ASI eksklusif terlihat lebih lembek, berair, berwarna kuning tua dan berbiji-biji. Sedangkan tinja pada bayi dengan susu formula lebih berbentuk dan berwarna kecokelatan.
Umumnya, bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang mengalami sembelit (konstipasi). Selain karena ASI mengandung zat laktasif yang mampu mengencerkan tinja, juga ASI lebih mudah dicerna ketimbang susu formula. Itulah mengapa, bayi dengan susu formula, kemungkinan mengalami sembelit lebih besar.
Jenis susu formula yang dikonsumsi si kecil juga ikut menjadi penyebab sembelit, yakni bila kandungan zat besinya terlalu tinggi. Ini khusus bayi yang berusia di bawah 6 bulan karena umumnya jumlah zat besi dalam tubuhnya masih tinggi, sehingga bila berlebih dapat menyebabkan sembelit. Kebutuhan akan zat besi pada bayi 0-6 bulan adalah 0,5 mg per hari. Lebih baik konsultasikan dengan dokter anak Anda sebelum memilih susu formula yang tepat untuk si kecil.
Kenali pula tanda-tanda sembelit dan langkah-langkah penanganannya, serta bagaimana pencegahannya.
TANDA-TANDA SEMBELIT
Bayi dinyatakan sembelit bila:
* Tinja yang dikeluarkan terlihat keras, kering dan berbentuk butiran kecil-kecil.
* Ada darah pada tinja.
* Si bayi mengerang kesakitan dan menjadi rewel.
* Ada cairan yang keluar di antara tinja dan rektum.
FUNGSIONAL & PATOLOGIS
Penyebab sembelit dibedakan menjadi 2, yakni:
* Fungsional
Ada ketidakseimbangan dalam mengonsumsi makanan. Umumnya sembelit terjadi karena kurangnya komposisi serat, air dan buah-buahan. Karenanya sembelit kerap pula dialami bayi yang mulai diperkenalkan makanan tambahan. Perubahan pola makan cenderung dapat mengubah keseimbangan komposisi makanan sehingga menyebabkan terjadinya sembelit.
* Patologis
Ada kelainan pada sistem metabolisme tubuh. Penyebabnya antara lain:
- Kelainan pada persarafan sebagian segmen usus atau lebih dikenal dengan hirschsprung.
- Gangguan pada persarafan usus besar paling bawah, dari anus hingga ke bagian usus di atasnya, termasuk ganglion parasimpatis yang mengatur pergerakan usus.
- Gangguan perkembangan neurologis, yaitu kelainan pada saraf-saraf usus bayi sehingga menyebabkan gerakan peristaltiknya menjadi kurang sempurna.
- Kelainan sistem endokrin, yaitu pada bayi yang metabolisme hormon tiroidnya kurang (hipotiroid). Salah satu gejalanya yang ditunjukkan adalah konstipasi.
PENANGANAN PERTAMA
* Bantu bayi mengeluarkan tinjanya agar perut tidak terasa kembung atau nyeri di wilayah anus, sehingga bayi menjadi rewel.
* Pada bayi di bawah 6 bulan, bantulah dengan menggunakan obat-obatan kelompok stimulan laksatif yang mengandung laktulose atas rekomendasi dokter. Biasanya berupa gel yang dimasukkan ke dalam anus. Penggunaannya lebih praktis. Atau, cara lainnya dengan menggunakan sabun bayi batangan yang dibentuk menyerupai pensil dengan ujung mengerucut, tapi tidak tajam. Masukkan sabun berbentuk pinsil ini ke dalam anus sebagai pelicin.
* Bla si kecil tidak minum ASI, pilihlah susu formula dengan kandungan bahan yang dapat memperbaiki fungsi motilitas, seperti laktulosa. Kandungan zat ini dapat dikenali dari kemasannya.
* Untuk bayi di atas 6 bulan yang mulai mendapat makanan pendamping ASI (MPASI) berikan buah-buahan kaya serat, seperti, pepaya, plum dan pir, serta berikan lebih banyak air putih.
* Cairan yang terbuat dari campuran brown sugar dengan air atau susu formula juga dapat melembekkan tinja. Caranya, satu sendok teh brown sugar dicampur dengan 200 gram air atau larutan susu formula, lalu minumkan.
* Langkah selanjutnya yang paling penting adalah membangun kesadaran orangtua akan pentingnya gizi seimbang, bahwa serat berperan penting untuk menghindari sembelit. Sertakan selalu bahan berserat dalam menu makanan bayi selain bahan-bahan lainnya.
KAPAN HARUS KE DOKTER?
Bila si kecil terus-menerus tidak BAB sampai lebih dari 3 hari atau selalu tampak kesakitan saat BAB, hendaknya segera konsultasikan ke dokter. Dikhawatirkan sembelit yang dialami si kecil bukanlah disebabkan gangguan fungsional, melainkan patologis yang membutuhkan observasi dan penanganan serius. Umumnya, sembelit yang diakibatkan gangguan fungsional akan segera sembuh setelah memperbaiki pola makan. Biasanya setelah 1-2 hari mengonsumsi makanan dengan kandungan serat tinggi atau pola makan gizi seimbang, maka frekuensi BAB si kecil normal.
Yang patut diwaspadai justru pada bayi baru lahir. Bila mekonium (kotoran berwarna kehitaman yang pertama kali keluar) tak keluar setelah 48 jam kelahiran atau bayi mengalami sembelit pada satu minggu pertama kelahiran, harus dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomi, yakni hirschprung (tak ditemukannya persarafan pada sebagian segmen usus). Tidak adanya sistem saraf tersebut mengakibatkan gerakan usus jadi terganggu sehingga tinja akan tertahan di situ.
Pada bayi dengan kelainan hirschprung ini, pemberian obat-obatan pencahar tidak akan menunjukkan reaksi yang memuaskan. Kecuali usus yang tak ada persarafannya itu hanya pendek, semisal cuma 1 cm, maka pemberian obat pencahar dari anus umumnya masih bisa mengeluarkan kotoran. Kotoran bayi dengan hirschprung umumnya lembek dan kemampuan BAB-nya semu. Untuk membedakan hirschprung dengan sembelit biasa harus dilakukan rontgen. Atau cara mudahnya, masukkan sedikit jari kita ke anus bayi. Jika kotorannya keluar menyemprot dan jari terasa dijepit oleh lubang anusnya ini berarti sembelit karena hirschprung.
JIKA TERPAKSA MINUM SUSU FORMULA
Jangan pernah menggantikan ASI dengan susu formula. Kecuali pada kondisi tertentu dimana tidak memungkinkan memberikan ASI. Contoh, gangguan metabolisme bawaan, menggunakan obat-obatan terlarang atau obat-obatan tertentu seperti kemoterapi. Inilah tip memilih susu formula:
1. Ketahui lebih dulu ragam susu formula yang dijual di pasar.
Mayoritas susu formula biasanya terbuat dari susu sapi yang diramu dengan berbagai bahan sehingga lebih mudah dicerna bayi dibanding susu sapi yang belum diformulasikan. Di antara bahan-bahan yang menjadi "ramuan" susu formula ini adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral seperti vitamin A dan B6 (yang penting untuk meningkatkan sistem kekebalan), zat besi serta asam lemak omega-3 (penting untuk perkembangan otak dan sistem saraf).
2. Tak ada salahnya mengonsultasikan dengan dokter.
Untuk memilih susu formula yang sesuai dengan bayi Anda, lakukan konsultasi dengan dokter yang sudah biasa menangani si kecil. Umumnya, ia bisa memberikan saran mengenai susu formula untuk bayi Anda. Lebih baik Anda jangan dulu bereksperimen dengan sejumlah susu formula di pasaran.
3. Sesuaikan dengan kondisi keuangan.
Dewasa ini banyak susu yang dibuat untuk antialergi, antara lain susu hypoalergi dan susu kedelai. Masing-masing digunakan tergantung indikasinya. Konsultasikan dengan dokter anak Anda dalam memilihnya. Bila Anda atau pasangan memang memiliki riwayat alergi, sebaiknya ceritakan ke dokter anak Anda sejak si bayi lahir, sehingga sejak awal sudah dapat dipilihkan susu formula yang tepat (bila diperlukan, sebab pilihan utama tetaplah ASI).
4. Cepat tanggap terhadap reaksi bayi Anda.
Kewaspadaan ini untuk cepat mendeteksi apakah susu formula yang Anda pilihkan untuknya (walaupun berasal dari resep dokter) cocok atau sebaliknya. Adapun tanda-tanda kalau susu formula yang diberikan padanya tidak cocok, yaitu bayi sering menangis bila akan/sedang diberi susu formula, sering memuntahkannya, dan terjadi sembelit,
Utami
KOMENTAR