Canda dan tawa bisa membuat hubungan suami-istri lebih hidup. Karenanya, sisipkan humor dalam aktivitas yang dilakukan berdua.
Orang yang selalu gembira akan memandang segala sesuatunya dengan positif. "Itulah sebabnya, orang yang senang humor terlihat lebih awet muda padahal sebetulnya umurnya tetap menua. Itu karena hormon gembira di dalam tubuhnya menjalar ke seluruh pembuluh darah sampai ke pembuluh-pembuluh darah di muka sehingga yang bersangkutan jadi kelihatan sumringah," papar Drs. Monty P. Satiadarma, MS/AT, MCP/MFCC. "Orang ini juga tak gampang stres karena perasaannya selalu santai. Ia tidak terlalu tegang dalam menghadapi tantangan hidup."
RELASI MAKIN ERAT
Sebetulnya, humor berarti reaksi kelenjar yang meningkat karena adanya sesuatu yang lucu atau menimbulkan tawa. Aktivitas kelenjar yang meningkat ini membuat tubuh serta perasaan menjadi lebih relaks dan santai. Karena humor bersifat positif, tentu saja kegemaran berhumor bisa dibawa ke dalam kehidupan perkawinan. "Suasana yang gembira dan penuh humor akan membantu mengeratkan ikatan batin antarpasangan."
Biasanya pasangan yang selalu menyelipkan canda dan humor dalam perkawinannya, gemar pula menyediakan waktu khusus pergi berduaan sambil tertawa-tawa semesra pengantin baru. Lalu saling melempar joke atau bahan gurauan yang bisa dinikmati berdua.
Bila kedua belah pihak bisa memberikan stimulus humor dan respons humor secara selaras, maka kehidupan perkawinan akan menjadi lebih santai, dan ketegangan satu sama lain dapat dikurangi. "Bukankah kehidupan perkawinan itu sendiri banyak tekanan seperti mencari nafkah, bekerja dan mengasuh anak yang sering kali menimbulkan kepenatan? Nah, alangkah bahagianya di rumah bila ketegangan-ketegangan ini dapat dicairkan dengan tertawa."
Monty tak membantah adanya tipe orang-orang yang sulit tertawa. Namun menurutnya, itu bukan alasan untuk seseorang tak bisa berhumor di dalam perkawinannya. "Ada kok orang-orang yang tampaknya serius, namun bisa mengeluarkan joke-joke yang membuat orang lain tertawa. Mungkin ia tak harus ikut tertawa-tawa bersama pasangannya, tapi mendapat respons yang positif dari pasangannya dengan reaksi tertawa itu, sebenarnya bisa membuat pasangan itu jadi tambah mesra," ujar Monty meyakinkan.
JANGAN BERLEBIHAN
Hanya, pesan Monty, memang tidak setiap kali pasangan merespons positif humor yang kita berikan. "Kadang-kadang terasa lucu, tapi mungkin waktunya kurang tepat, atau mungkin humor kita kali ini tidak dianggap lucu karena standar kelucuan itu berbeda. Bisa saja pasangan lantas menjadi dingin."
Walau begitu, jangan berhenti mengajak pasangan bercanda. Perkawinan yang penuh tawa pasti lebih baik jika dibandingkan satu sama lain saling tegang. "Cuma saja kita perlu arif, kapan perlu melontarkan humor, kapan tidak. Hanya melalui kepekaan, kita bisa memahami kapan saat yang tepat untuk melontarkan humor. Jangan memaksa jika pasangan sudah 'muak' dengan humor kita."
Lebih baik, segera hentikan humor-humor yang menimbulkan ketidaklayakan respons, karena kalau diteruskan justru dapat menimbulkan kekesalan, kesan janggal, dan kesan dibuat-buat. Lingkungan masyarakat bisa menganggap Anda tidak serius menyikapi kondisi yang seharusnya disikapi dengan sungguh-sungguh.
Hindari pula humor yang mengarah pada sikap cengengesan alias selalu mentertawakan hal-hal yang tak perlu. Asal tahu saja, sikap seperti ini sebenarnya merupakan kompensasi atas ketidakberdayaan menghadapi situasi lingkungan. "Seseorang bertindak cengengesan guna menutupi rasa kurang percaya dirinya."
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR