Biasanya si tengah juga enggak percaya diri dan sensitif, tapi perkembangan kognitifnya lebih baik dan kemampuan berbahasanya lebih cepat.
Dibilang si tengah, karena dari urutan kelahiran, ia berada di antara sang kakak dan adik. Nah, dengan posisinya itu, papar Indri Savitri, si tengah selalu berusaha membangun hubungan harmonis dengan semua pihak, baik kakak maupun adiknya.
Ia pun bisa melihat kepribadian orang dari beberapa sisi karena terbiasa menghadapi berbagai karakter. Misal, si kakak yang dominan dan senang mengatur, serta karakter si bungsu yang manja dan selalu meminta perhatian. Ini pula yang membuatnya memiliki kepribadian tak kaku.
Selain itu, ia juga tipe pendengar yang baik. Bila ada masalah antara si kakak dan adik, ia sering jadi jembatan antar mereka dalam menyelesaikan konflik. Biasanya ia tak langsung memihak tapi akan menyelami kedua belah pihak. Bisa dibilang ia akan tumbuh jadi anak sensitif atau peka. Karena ia melihat kakak sebagai orang yang otoriter, adik sebagai anak yang manja, sehingga ia terbiasa menjembatani antara kakak yang pengatur/dominan dan adik yang manja, sehingga ia bisa melihat belajar untuk bersikap 'Gimana ya, kalau harus menghadapi keduanya."
Proses belajarnya relatif lebih cepat hingga perkembangan kognitifnya lebih baik. Ini dikarenakan ia banyak melihat contoh atau hal-hal baru yang memperkaya wawasan/pengalamannya. Misal, ketika sang kakak belajar, ia bisa ikut mendengarkan. "Kadang, anak tengah yang baru berusia 5 tahun sudah bisa tambahan-tambahan sampai 20, karena melihat kakaknya yang sudah kelas 1 SD belajar."
Perkembangan bahasanya pun lebih cepat karena ia dapat bicara dengan kakak, ibu, dan adiknya. Ia pun lebih cepat belajar bersosialisasi ketimbang si sulung. Hal ini disebabkan, ketika anak pertama lahir, biasanya di rumah hanya ada orang tua dan pengasuh. Namun ketika si tengah lahir, orang-orang yang ada di sekelilingnya sudah lebih banyak.
Menurut Kepala Divisi Klinik dan Layanan Masyarakat Lembaga Psikologi Terapan UI ini, jika si tengah dapat berkembang dengan baik, dalam arti memiliki kepercayaan diri yang baik dan dapat mengembangkan potensi yang ia miliki, kesempatannya untuk menjadi negosiator unggul terbuka luas.
BINGUNG IDENTITAS
Selain aneka kelebihan tadi, si tengah juga punya ciri khas. "Ia agak bingung ketika mencari identitas diri," ujar Indri. Pasalnya, di satu sisi orang tua menuntut si tengah seperti kakaknya, yaitu harus bisa mandiri dan mengatur diri sendiri. Padahal, kemampuannya belum sampai ke situ, "di usianya yang batita, ia memang belum mampu untuk semandiri dan sepintar kakaknya." Di sisi lain, untuk mengikuti adiknya yang masih manja dan sangat tergantung pada orang tua, dia juga sudah tak pantas. Akhirnya, ia jadi enggak PD alias percaya diri. "Nah, ini, kan, berpengaruh terhadap pembentukkan konsep dirinya."
Nah, untuk membantu si tengah mencari identitas diri, sebaiknya orang tua mengamati kecenderungan "tampilan" si tengah. "Jika berbeda dengan si sulung, tak perlu dihambat. Misal, si sulung senang main boneka, tapi si tengah, walaupun perempuan, lebih memilih bermain balok, kita tak perlu melarang tapi tetap dikembangkan." Jadi, tegas Indri, tak ada salahnya sekali-kali orang tua menyediakan waktu dengan si tengah untuk bermain tanpa kakak dan adiknya.
Sayangnya, lanjut Indri, orang tua biasanya hanya memonitoring tanpa terlibat dengan kegiatan anak. Padahal dengan bermain, kita bisa tahu temperamen anak, bagaimana caranya menghadapi masalah dan bagaimana ekspresi kesenangannya. Lain itu, kita juga jadi tahu kesukaan si tengah, "O, ternyata anakku yang tengah suka boneka Mickey, bukan Teletubbies," misal.
CARI PERHATIAN
KOMENTAR