Sepintas rasanya memakan buah setiap hari sama sekali tidak menyulitkan. Rasanya pun bervariasi. Tinggal pilih mau yang manis atau asam. Yang jelas rasanya menyegarkan apalagi jika sebelumnya disimpan di dalam lemari es. Tapi, penelitian membuktikan hanya 15 persen penduduk Indonesia yang mengonsumsi buah sebanyak lima porsi per hari. Porsi tersebut merupakan rekomendasi para ahli kesehatan dan ahli pangan. Angka 15 persen tadi terasa ironis. Apalagi jika mengingat Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman buah.
Ganti dengan Sari Buah
"Biasanya orang malas memakan buah-buahan karena sifatnya yang bulky atau padat sehingga perut mudah sekali kenyang," jelas Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS., ahli pangan dan buah-buahan. Buah memang termasuk makanan padat yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna. Karenya, Astawan menyarankan agar Anda mengolah buah menjadi cairan agar lebih mudah dicerna seperti dalam bentuk jus, "Zat gizinya juga lebih mudah diserap dan dapat dicerna dalam waktu singkat," tambah penulis buku Khasiat Warna-warni Makanan ini.
Meski tak memiliki kandungan gizi sebanyak buah mentah, rutin meminum sari buah lebih membantu tubuh daripada tidak sama sekali mengonsumsi. Sari buah yang diperoleh dari bagian buah melalui proses pengempaan, penghancuran, atau penggilingan buah dengan atau tanpa penambahan gula ini pun memiliki banyak manfaat.
Di antaranya enjoyment, "Mengonsumsinya lebih praktis, banyak pilihan, dan tersedia dalam berbagai kemasan juga ukuran," ucap Astawan. Sari buah juga memiliki efek refreshment karena mengombinasikan rasa manis dan asam. "Asam didapat dari asam-asam organik pada buah dan rasa manis dari gula buah atau fruktosa," tambahnya. Sari buah juga bisa mengatasi dehidrasi. Dan sama halnya dengan buah, sari buah juga memiliki nutrisi yang berguna bagi tubuh. "Tapi, semua itu tergantung dari jenis lahan tempat tumbuh buah, kematangannya, metode produksi buah, dan berapa persen kandungan sari buahnya," urai Astawan. Minuman sari buah seperti jus biasanya memiliki minimal 35 persen, sementara minuman rasa buah hanya memiliki 10 persen sari buah.
Yang justru harus lebih diperhatikan ketika Anda memilih minuman sari buah atau minuman rasa buah adalah proses pengolahannya. Jika tak sempat membuat jus buah sendiri, maka pilihlah jus buah dalam kemasan yang diolah UHT yang menggunakan suhu tinggi (100-120 derajat Celsius). Metode ini menurut Astawan lebih menguntungkan. "Makin tinggi suhu, makin sebentar prosesnya sehingga lebih banyak zat gizi dan zat non-gizi yang bisa diselamatkan."
Perhatikan pula pengemasannya. Beberapa produsen jus buah saat ini menggunakan teknik pengemasan aseptik enam lapis. Gunanya untuk menangkal kebocoran, tidak tembus oleh cahaya, udara, dan mikroba, dan mampu mempertahankan nilai gizi juga cita rasa.
Menangkal Penyakit
Mengonsumsi buah sangat diperlukan agar tubuh senantiasa sehat. "Untuk hidup sehat optimal, manusia membutuhkan zat gizi dan zat non-gizi yang berimbang, salah satunya dari buah. Sehingga konsumsi buah itu mutlak perlu," tegas Astawan.
Sebut saja vitamin C, asam folat, mineral makro (kalium, kalsium, magnesium, fosfor), mineral mikro (besi, tembaga, zinc, mangan) yang merupakan zat gizi. "Vitamin C berguna sebagai antioksidan untuk melawan radikal bebas penyebab penuaan dini dan aneka kanker, meningkatkan penyerapan zat besi untuk mencegah anemia, membentuk kolagen, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh," urai Astawan yang ditemui di acara Jakarta Food Editor's Club.
Asam folat pun tak kalah berguna. Selain mencegah anemia, kandungannya bisa mencegah cacat pada janin dalam kandungan. "Buah yang mengandung magnesium dan kalium juga bertindak sebagai muscle relaxant sehingga risiko kram bisa diminimalkan. Kandungan Kalium pada buah lebih tinggi daripada kandungan Natrium, jadi buah sangat baik untuk menurunkan tekanan darah," tambah pengajar di Institut Pertanian Bogor ini.
Beda Warna, Beda Khasiat
National Cancer Institute menganjurkan agar kita mengonsumsi lima kelompok bahan pangan berwarna setiap hari. Yaitu merah, putih, biru atau ungu, kuning, dan hijau. Pasalnya setiap warna menunjukkan keberadaan senyawa bioaktif yang berkhasiat untuk mencegah penyakit tertentu. Inilah yang dinamakan komponen non-gizi pada buah. Antara lain serat pangan, komponen bioaktif, dan pigmen pemberi warna.
Pigmen pemberi warna dan komponen bioaktif memang unik. "Warna merah pada tomat dan semangka, misalnya. Kandungan bioaktifnya mencegah penyakit jantung dan kanker kolon. Warna merah ungu seperti pada anggur, mencegah gumpalan darah, alzheimer, dan kanker," urai Astawan. Lain lagi dengan warna jingga kekuningan yang dimiliki jeruk, pepaya, dan nanas. Alfa-karoten, beta-karoten, vitamin C, dan asam folat yang dimiliki buah-buahan ini bisa mencegah penyakit paru-paru dan penyakit jantung. Warna hijau dari alpukat, apel hijau, melon, dan kiwi sangat berguna untuk menangkal katarak, degenerasi makular, aterosklerosis, dan kanker. Dari sekian banyak manfaat buah tadi, tak ragu lagi, kan, mengonsumsi buah? Yuk, "warnai" piring dengan buah!
Astrid Isnawati
KOMENTAR