Orang tua harus konsinten dengan apa yang pernah diajarkannya. Apabila hari ini anak diajarkan meletakkan piring kotor ke tempatnya, maka esoknya jangan biarkan ia meletakkan piring kotornya begitu saja di atas meja. Namun, jika orang tua salah, jangan sungkan untuk meminta maaf kepada anak.
Terapkan Aturan
Peraturan yang diterapkan sebaiknya berkaitan langsung dengan anak dan dapat memberikan dampak positif bagi tumbuh kembangnya.
Aturan juga perlu disesuaikan dengan tugas perkembangannya. Misalnya, anak usia 3 tahun diharapkan dapat mencuci dan melap tangannya serta makan dengan sendok dan garpu sendiri. Maka buatlah aturan tersebut dan terapkan pada anak usia 3 tahun.
Negosiasi
Anda bisa saja melakukan negosiasi dengan anak. Dengan syarat, sesuaikan dengan usia anak. Bernegosiasi dengan anak usia 3 tahun sangat berbeda dengan bernegosiasi dengan anak berusia 7 tahun.
Anak usia 3 tahun membutuhkan kalimat yang konkrit, jelas disertai dengan dampak langsung dari perilakunya.
Misalnya: "Jika kamu mandi sekarang, kamu bisa lebih cepat bermain di taman bermain dengan teman-teman. Tetapi, kalau kamu tidak mau mandi, badan menjadi tidak bersih dan kamu tidak bisa bermain dengan teman-teman, karena sebentar lagi mereka akan pulang".
Sedangkan untuk anak usia 7 tahun, kita dapat melakukan negosiasi dengan lebih luas. Orang tua juga mulai dapat mengajak anak berdiskusi mengenai dampak positif dan negatif dari perilaku yang ingin diterapkan.
Beri Sanksi
Sanksi dapat diterapkan jika anak tidak bersedia untuk mengikuti peraturan yang telah disepakati bersama. Sebaiknya, sebelum diberikan sanksi, anak harus diikutsertakan dalam menentukan aturan, menetapkan penghargaan (rewards), dan sanksi. Hal ini juga mengajarkan anak untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Sanksi yang bisa diterapkan bisa seperti time out hingga mengurangi waktu melakukan kegiatan yang disukainya.
Sanksi sangat tidak disarankan adalah hukuman verbal (bentakan, hinaan, ejekan, sindiran, dan sebagainya) maupun bersifat fisik (pukulan, jeweran, sentilan, dan sebagainya). Hukuman fisik maupun verbal dapat menimbulkan masalah perilaku yang lebih luas dan berdampak buruk bagi perkembangan psikologisnya, seperti bagaimana anak menilai dirinya, kepercayaan diri, dan kematangan dalam mengelola emosi.
Anak yang mendapatkan hukuman verbal dan fisik juga belajar mengungkapkan emosi justru melalui pukulan, bentakan, dan tindakan serupa lainnya. Mereka juga menilai, cara orang tua memperhatikan dirinya adalah ketika orang tua memberikan hukuman fisik atau verbal kepadanya, sehingga ia akan cenderung mengulangi perilaku yang tidak diharapkan. Selain itu, anak juga berjanji tidak mengulangi perilaku nakalnya hanya untuk menghindari hukuman fisik.
Puji Dia
Apabila anak menunjukkan perilaku yang diharapkan, orangt ua dapat menunjukkan penghargaan, tapi jangan berupa imbalan atau hadiah yang bersifat materi. Sebaiknya, penghargaan yang diberikan berupa pujian yang tepat, belaian, pelukan, senyuman dan sikap orang tua lainnya yang dapat membuat anak merasa dihargai atas perilakunya. Penghargaan juga dapat berupa kegiatan bersama orang tua yang disukai anak. Misalnya memasak, memancing, atau piknik bersama anggota keluarga.
Ester Sondang
KOMENTAR