Pertanyaan seperti di atas seringkali dianggap sebagai pertanyaan kritis anak. Sikap kritis biasanya mulai muncul pada saat anak berusia tiga tahun atau lebih.
Di usia ini, rasa ingin tahu seorang anak sedang hebat-hebatnya. Namun, sikap kritis seorang anak tidak selalu berhubungan dengan tingkat kecerdasan. Sikap kritis lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia dibesarkan. Anak yang kritis biasanya mendapat kebebasan untuk mengemukakan pendapat, tanpa takut dimarahi.
Selain itu, sikap kritis juga sangat dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, seperti buku, televisi, majalah, informasi dari teman bermain, dari saudaranya, dan sebagainya. Wawasan baru ini akan ia gali dengan jalan bertanya, kepada orang tua misalnya.
Biasanya, anak yang banyak bertanya sering dianggap cerdas. Padahal, kenyataannya tidak selalu demikian. Jenis atau bentuk pertanyaan yang diajukan juga berbeda. Anak yang biasa-biasa saja lebih banyak mengajukan pertanyaan "Apa" dan "Di mana". Misalnya, "Apa nama benda itu?" atau "Di mana bonekaku?" Sedangkan anak cerdas lebih sering menggunakan kata tanya "Mengapa". Misalnya, "Mengapa bulan ada di langit?" atau "Mengapa matahari terbenam?" dan sebagainya. Intinya pertanyaan yang jawabannya merupakan hubungan sebab-akibat.
Adakalanya pertanyaan anak kritis membuat orang tua bingung dan tak bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Yang harus Anda lakukan adalah menjawab dengan jawaban sederhana yang bisa dicerna akal anak. Tak perlu jawaban yang rumit-rumit, karena malah akan semakin membuat anak bingung. Serumit apa pun pertanyaan anak, belum tentu butuh jawaban yang juga rumit.
Jika pertanyaannya terlalu sulit dan orang tua tidak bisa menjawab, sebaiknya berterus terang dan janjikan ia akan memperoleh jawabannya di lain waktu. "Coba nanti Mama tanya ke Papa dulu ya, atau Mama cari di komputer." Dengan demikian, anak akan belajar memahami bahwa ketidaktahuan merupakan hal yang wajar. Yang jelas, jangan sampai pertanyaan anak tidak terjawab, atau Anda menjawab sekenanya. Ini justru akan membuat anak menelan informasi yang salah. Intinya orang tua harus jujur.
Berikut beberapa pertanyaan sulit yang kerap dilontarkan anak:
1. Dari Mana Adik Bayi datang?
Dulu, orang tua biasa menjawab dengan, "Dari burung bangau." Namun, jawaban seperti itu kini tentu tak lagi tepat. Yang paling tepat adalah, "Adik bayi tumbuh di dalam perut ibu." Jika kemudian, anak datang dan bertanya lebih lagi mengenai Si Bayi di dalam perut, Anda bisa menjelaskannya lebih lengkap. Misalnya, adik bayi tumbuh di dalam rahim ibu, sebuah tempat spesial di dalam perut ibu, dan kemudian keluar melalui jalan yang disebut vagina.
2. Menstruasi itu apa sih, Ma? Kenapa kalau cowok tidak keluar darahnya?
Jelaskan padanya bahwa anak laki-laki memiliki cara yang berbeda selama masa pubertas, misalnya suara menjadi lebih besar atau tumbuh rambut di wajahnya. Tapi, kalau anak perempuan mengalami menstruasi, karena terjadi perubahan di dalam rahimnya dan anak laki-laki tidak memiliki rahim.
3. Diperkosa itu apa sih?
Orang tua mana yang tak bingung jika Si Kecil mengajukan pertanyaan semacam ini. Orang tua tentu tak bisa menjelaskan peristiwa sebenarnya pada anak. Jalan keluarnya, gunakan analogi. Misalnya, perkosaan itu perlakuan yang sangat menyakitkan dari seorang laki-laki pada perempuan. Seperti halnya orang dirampok atau ditodong pisau di jalan. Hubungan antara kedua aksi tersebut ada, yakni perbuatan yang menyakiti orang lain. Konsekuensi dari kejadian tersebut pun harus diberitahukan pada anak, yaitu bahwa tindak kejahatan semacam itu harus dilaporkan pada pihak berwajib agar pelakunya mendapat hukuman yang setimpal.
Hasto Prianggoro / bersambung
KOMENTAR