Nah, pada anak yang sangat lengket dengan ibunya, lanjut Ninik, biasanya karena si anak tak memiliki obyek kelekatan. Misalnya, si ibu atau pengasuhnya tak memberikan respon kala si anak menangis atau mengompol. "Biasanya anak akan berkembang menjadi anak yang sulit. Ia tak mau lepas dari ibunya. Ia juga tak punya keberanian untuk eksplorasi." Bahkan, ada anak yang sampai masuk playgroup pun harus selalu ditunggui oleh ibunya. "Ia takut pada orang asing karena rasa amannya di masa kecil tak terpenuhi."
Selain itu, lanjut Ninik, sikap ibu yang terlalu melindungi anak juga bisa berakibat si anak lengket terus sama ibunya. "Mungkin karena terlalu khawatir nanti anaknya jatuh, sakit dan lain-lain, maka si anak akhirnya dijaga betul. Anak tak boleh ini-itu, mau ke mana-mana ditemani, waktu bayi tak boleh dipegang orang lain karena takut nanti si anak jadi enggak sayang lagi sama ibunya, dan sebagainya." Nah, karena anak tak diberi kesempatan atau pengalaman berhubungan dengan orang lain, otomatis ia jadi tak berani melakukan apa-apa dan harus selalu ada ibunya. "Jadi, bukannya si ibu memberikan rasa aman tapi malah menimbulkan rasa takut pada anak."
Faktor lain ialah pengalaman traumatis. Misalnya, saat anak pertama kali berpisah dengan ibunya. "Mungkin pada saat itu si ibu pergi terlalu lama atau secara tiba-tiba, sehingga anak tak bisa melihat ibunya ada di mana. Apalagi pada saat pertama ditinggal tentunya ada kecemasan pada si anak. Ia punya konsep bahwa ibu pergi untuk selamanya dan tak kembali lagi," terang lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada ini.
BERI PENGERTIAN
Apapun juga, menurut Ninik, anak yang terlalu lekat pada ibunya bisa berdampak negatif. "Ibu akan merasa terganggu atau kerepotan selalu, sementara anak merasa ketakutan selalu." Akibat dari ketakutan itu, rasa percaya diri anak tak ada. Setiap dihadapkan pada situasi yang asing, ia akan kembali ke ibunya. Akhirnya ia tak bisa bersosialisasi, tak berani mengeksplor lingkungannya, takut menghadapi orang yang sama sekali baru, takut memasuki dunia baru. Otomatis, perkembangan anak menjadi terhambat.
Lantas, bagaimana caranya agar anak enggak terus melekat sama ibu? "Sebaiknya orang tua jangan secara drastis anak ditinggal begitu saja," anjur Ninik. Karena akan menyebabkan trauma dan anak merasa tak aman lagi. Yang terbaik ialah mengajaknya berkomunikasi. "Anak batita itu, kan, sudah bisa diajak bicara. Nah, berilah pengertian sedikit demi sedikit." Misalnya, "Ibu mau pergi sebentar, nanti Ibu kembali lagi. Adik di rumah sama si Mbak. Si Mbak akan menjaga Adik."
Sering terjadi, saking paniknya si ibu lantaran harus segera berangkat sementara anak tetap tak mau ditinggal, lalu ibu mencoba membujuk dengan menyuruh si kecil ke warung. "Adik beli permen dulu, ya, sama si Mbak." Setelah itu si ibu pergi. Padahal, cara ini sama sekali tak dibenarkan. "Anak akan makin merasa tak aman dan membuatnya jadi semakin lengket dengan ibu. Karena anak merasa dibohongi sehingga ia jadi berpikir kalau ia lengah maka akan ditinggal."
Jadi, tukas Ninik, tak usahlah ibu berbuat seperti itu. Lebih baik ibu pamit sama anak kalau mau pergi dan beri pengertian. "Anak usia batita sudah bisa mengerti, kok." Bahwa si anak akan tetap berkeras tak mau ditinggal dan bahkan menangis setelah ibu pamit, tak apa-apa. Toh, lama-lama anak pun akan belajar untuk mempunyai obyek kelekatan pada orang lain, tak hanya pada satu orang saja. Sehingga pada akhirnya anak tak sulit lagi kalau ditinggal ibu.
Baca Juga: Usaha Rumahan Risoles Pisang Cokelat Wijen Bakal Diserbu Semua Kalangan
Bisa juga dengan cara si anak diberi kegiatan dan ibu ikut melibatkan diri sebentar, kemudian baru ditinggalkan. Katakan, "Adik sekarang menggambar dulu, ya. Nanti Ibu pergi dulu sebentar." Jadi, selain anak diberikan pengertian, juga dialihkan perhatiannya. Tentunya berapa lama meninggalkan anak juga harus dilakukan secara bertahap, dari mulai sebentar lalu diperpanjang.
Begitupun bila anak sudah masuk play group, meninggalkannya juga bertahap. Katakan pada anak, "Adik sekarang di dalam kelas. Ibu tunggu di luar dan Adik bisa lihat Ibu dari dalam." Jadi, anak ditemani ke dalam kelas sebentar, baru kemudian ditinggalkan.
KOMENTAR