Kapan sih, bayi mulai dapat memegang sesuatu? Pertanyaan ini mungkin tak pernah muncul di benak orang tua.Padahal kemampuan memegang sangat penting untuk perkembangan intelegensinya.
Kebanyakan orang tua tak pernah meributkan apakah bayinya sudah bisa/belum memegang atau mengambil sesuatu. Maupun di usia berapa si bayi seharusnya sudah memiliki kemampuan tersebut.
Tapi coba kalau bayinya belum bisa duduk atau berjalan, misalnya. Pasti, deh, orang tua kebingungan."Mungkin karena orang tua masih belum paham tentang pentingnya perkembangan motorik halus ini bagi anak," ujar Rahmitha P. Soendjojo, S.Psi., psikolog dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia. Disamping, "Perkembangan motorik halus tak sekasat mata perkembangan motorik kasar. Sehingga fungsinya bagi si anak menjadi tak terlihat oleh orang tua."
MENGENDALIKAN TANGAN
Perkembangan motorik halus di usia bayi, seperti dituturkan Rahmitha, nantinya menjadi bekal bagi si anak untuk bisa terampil menggunakan tangannya. Misalnya memegang benda dengan benar seperti pinsil, bolpen, gelas, sendok-garpu, dan sebagainya. Bisa menulis cepat dan rapi, terampil menggunting, melipat, mewarnai, meronce, mengambil benda-benda kecil, memotong, dan sebagainya.
Tapi kalau perkembangan motorik halusnya jelek, anak akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tangannya. Itulah mengapa ada anak yang kalau memegang sesuatu gampang jatuh. "Karena tangannya kaku, tidak luwes. Dia jadi anak yang clumsy, sembrono," kata lulusan Fakultas Psikologi Unpad Bandung ini.
Tentunya, sebagaimana perkembangan motorik kasar, maka perkembangan motorik halus juga memiliki tahapan-tahapannya. Berawal dari menggerakkan-gerakkan tangan, telapak tangan, lalu jari-jemari. Soal cepat-lambatnya perkembangan ini, seperti umumnya perkembangan yang lain, lebih dipengaruhi oleh stimulasi lingkungan.
MENGEMBANGKAN INTELEGENSI
Perlu diketahui, dalam perkembangan keterampilan tangan, sekaligus si bayi juga mengembangkan indera peraba/perasanya. Misalnya, merasakan permukaan yang kasar/halus dari benda yang dipegangnya, merasakan hembusan angin lewat gerakan-gerakan tangannya, dan sebagainya. Karena itu, sebaiknya tangan bayi lebih sering dibebaskan dari sarung tangan
Yang tak kalah penting ialah perkembangan inteligensinya. Karena, seperti dikatakan Rahmitha, "Setiap perkembangan motorik selalu ada kaitannya dengan perkembangan kemampuan berpikir." Jadi, bayi belajar menemukan hubungan antara indera dengan aktivitas motoriknya, sehingga akhirnya ia mampu untuk menterjemahkan pesan dari dan ke otak melalui aktivitas fisik yang efektif dan efisien. Karena itu dalam perkembangan ini penting sekali koordinasi antara mata dengan tangan.
Misalnya, memasukkan benda kecil ke dalam tempat (wadah) yang lebih besar. Selain untuk mengendalikan gerakan tangannya, ia pun belajar mengantisipasi agar benda kecil itu tidak jatuh di luar wadah. Ia harus memusatkan perhatiannya saat mengangkat tangannya yang memegang benda kecil, seberapa jauh tinggi/jaraknya dari wadah dan bagaimana cara menjatuhkannya agar benda kecil itu bisa tepat masuk ke dalam wadah.
Contoh lain, menjatuhkan benda. Ia menemukan bahwa benda itu tak ada lagi di tangannya tapi tidak hilang. Benda itu tetap ada, hanya sekarang bukan berada di tangannya tapi berpindah ke lantai karena gerakan tangannya yang menjatuhkan. Di usia selanjutnya aktivitas ini mengajarkan padanya tentang hukum alam bahwa kalau ia menjatuhkan sesuatu maka akan selalu jatuh ke bawah, tak pernah ke atas. Bahwa benda yang jatuh itu tak akan dapat kembali sendiri ke tangannya kalau tidak diambil.
Karena itulah Rahmitha menganjurkan orang tua agar banyak memberikan rangsangan untuk mengembangkan keterampilan tangan ini. Antara lain dengan tidak membedongnya agar si bayi punya banyak kesempatan untuk menggerak-gerakkan tangannya. Menyediakan aneka mainan yang menarik baik warna, corak dan bentuknya, maupun mainan yang berbunyi. Sehingga ia terangsang menggerakkan tangannya untuk menyentuh, mengambil, dan memegangnya. Pastikan mainannya aman, karena bayi senang sekali memasukkan segala sesuatu yang dipegangnya (termasuk tangannya sendiri) ke dalam mulutnya.
Julie Erikania/nakita
Tahapan Perkembangan Ketrampilan Tangan
* Usia 0-2 bulan:
Pada bulan-bulan pertama bayi bereaksi terhadap rangsangan inderanya dengan gerakan refleksnya. Bila kita menyentuh tangannya, ia akan refleks menggenggam. Ia pun belum menyadari keberadaan tangannya dan belum mampu memfokuskan pandangannya. Karena itulah kita perlu memperlihatkan sesuatu benda dalam jarak pandang yang dekat (sekitar 25 cm) untuk melatih koordinasi mata dan tangan.
Di tahap awal ini, wajah ibu merupakan obyek yang paling merangsang bayi untuk belajar memfokuskan pandangannya. Itu sebabnya bayi suka sekali meraba wajah ibu kala digendong. Ibu dapat membantu si bayi menggunakan tangannya dengan meletakkan si tangan pada hidung, pipi, mulut, telinga maupun mata ibu.
* Usia 3-6 bulan:
Di usia 3 bulan, jangkauan pandangan bayi mulai meluas dan ia pun mulai menyadari keberadaan tangannya. Ia senang mengamati tangannya sementara ia bermain dengan tangan-tangan itu, dan bahkan memasukkannya ke mulut.
Ia pun akan berusaha menyentuh benda yang dapat ditangkap oleh matanya. Sampai akhirnya ia dapat menyentuh si benda. Gantungkan mainan di atas boks dalam jarak yang dapat dijangkau oleh tangannya. Ia pasti senang dan akan mengulang-ulanginya, lantaran setiap kali ia menyentuhnya maka si benda akan bergoyang.
Selanjutnya ia akan berusaha memegang benda itu (sekitar usia 4 bulan). Pada saat ini umumnya bayi mampu memiringkan badannya ke sisi kiri dan kanan. Gantungkan mainan di sisi kiri/kanan boks dan letakkan bayi dalam jarak sepanjang tangannya dapat menjangkau mainan itu. Biarkan ia berusaha sendiri sampai ia dapat memegang mainan itu.
Bisa pula dengan menggantungkan mainan di atas boksnya dalam jarak yang dapat ia jangkau. Atau letakkan mainan di telapak tangannya untuk ia genggam. Tentu mainannya tak boleh terlalu besar agar mudah dipegangnya. Atau, dudukkan ia di kereta/kursi bayi yang memiliki tempat untuk meletakkan mainannya. Biasanya di usia 6 bulan ia sudah bisa mengambil benda dan memegangnya dengan menggenggam.
Jagalah kebersihan dan keamanan mainannya, karena ia akan mulai memasukkannya ke mulut.
* Usia 7-12 bulan:
Di awal usia ini bayi mulai menyadari bahwa ia dapat menggunakan tangannya untuk "menyelidiki" obyek-obyek dengan memegangnya dan memasukkannya ke dalam mulut. Tapi jangan beri sekaligus banyak mainan, karena ia baru dapat memusatkan perhatian pada satu benda saja. Bila ia kelihatan sudah mulai bosan dengan satu mainan, gantilah dengan mainan lain.
Sekitar usia 8 bulan ia mulai menggunakan jari-jemarinya untuk memegang benda. Sebulan kemudian ia dapat memegang benda dengan jari-jarinya, tidak lagi dengan seluruh telapak tangan (menggenggam). Pada perkembangan selanjutnya ia akan mampu memegang benda kecil di antara ibu jari dan telunjuk. Juga dapat menunjuk ke suatu obyek dengan telunjuknya.
Agar ia terampil memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk, kita dapat melatihnya dengan meletakkan potongan kue di antara kedua jari itu. Beri contoh bagaimana memegangnya, lalu masukkan makanan itu ke dalam mulutnya. Setelah itu bantu ia melakukannya hingga akhirnya ia mampu melakukannya sendiri. Latihan ini sangat penting untuk persiapan memegang tangkai cangkir, pinsil, koin, dan benda kecil lainnya.
Di awal usia ini ia juga mulai belajar memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan yang lain. Kita dapat membantu dengan meletakkan mainan di telapak tangannya lalu mengangkat benda itu dan memindahkannya ke tangan yang lain. Setelah itu pegang tangannya yang memegang mainan itu lalu bantu ia memindahkan mainan itu ke tangannya yang lain. Selanjutnya beri contoh bagaimana kita memindahkan mainan itu dari tangan kita yang satu ke tangah yang lain. Ajak ia melakukannya sendiri tanpa dibantu lagi.
Sekitar usia 10 atau 11 bulan ia mulai menjatuhkan benda ke lantai. Kita sebaiknya tidak mengambilkannya, tapi minta ia untuk mengambilnya sendiri. Bila ia belum mengerti, pegang tangannya dan beri contoh bagaimana cara mengambil benda itu. Sediakan mainan yang tak mudah pecah atau peot bila dijatuhkan dan mudah diambil.
Ia pun mulai senang memasukkan benda-benda kecil ke dalam sebuah wadah. Apalagi jika wadahnya terbuat dari kaleng. Karena setiap kali ia memasukkan benda akan menimbulkan bunyi.
Untuk semakin memantapkan keterampilan tangannya, lakukanlah berbagai aktivitas. Misalnya menggelindingkan bola, tepuk tangan, melambai, menyusun balok, memegang gelas, dan sebagainya.
KOMENTAR