Resah karena kerap memergoki Si Kecil berbicara sendiri dengan teman khayalannya? Jangan dulu merasa bersalah jika Si Kecil kerap memperlihatkan kebiasaan yang "tidak normal" itu. Menurut psikolog Marjorie Taylor dari Universitas Oregon-Amerika, 1/3 dari anak usia pra sekolah normal memiliki teman khayalan.
Ya, fenomena teman khayalan memang dapat terjadi pada anak-anak, terutama berusia sekitar 3 tahun hingga 5 tahun. Dan kebiasaan ini dapat bertahan hingga anak memasuki usia sekolah sekitar 7 tahun.
Pada jurnal psikologi yang diterbitkan British Academy, disebutkan, anak perempuan usia pra sekolah lebih berpeluang memiliki teman imajinasi dibandingkan anak laki-laki seumuran. Selain itu, anak tunggal maupun anak pertama cenderung lebih berpotensi memiliki teman khayalan dibanding anak lain.
Sebenarnya, fenomena anak bicara sendiri dapat dijelaskan secara ilmiah. Menurut referensi psikologi, kebiasaan anak berbicara sendiri atau memiliki teman khayalan merupakan salah satu fase perkembangan psikologis anak. Fase ini menunjukkan pencarian jati diri dan tahap anak menguji antara dunia nyata dan khayalan. Agar tak salah kaprah, yuk cari tahu bagaimana memperlakukan Si Kecil dan teman khayalannya!
Raih Kepercayaan
Selama kebiasaan berbicara sendiri tidak menyebabkan anak jauh dari pergaulan dengan teman sebaya, orangtua tak perlu khawatir. Namun, bila Anda merasa terganggu dengan kebiasaannya, Anda bisa mengupayakan "menggusur" teman khayalan Si Kecil. Caranya, dengan memasuki lingkar kepercayaan anak.
Turuti apa saja yang diinginkannya selama itu tak melanggar prinsip Anda. Luangkan lebih banyak waktu untuk bersenang-senang bersamanya dan hargai hak anak untuk berinteraksi dengan teman khayalannya.
Dorong Aktivitas Di Luar
Pada beberapa referensi dikatakan, teman khayalan dapat membangun keberanian anak apalagi jika anak takut sendirian. Namun, perhatikan apakah anak mulai tergantung dengan teman khayalannya. Sesekali Anda harus mendorongnya untuk bermain di luar bersama teman-temannya.
Misalnya, menyuruh anak bermain dengan teman sebaya di sekitar rumah, mengajaknya bertamasya bersama saudara sepupu, atau melibatkannya dalam kelompok bermain. Lakukan ini dengan rutin sehingga anak jadi terbiasa. Apabila anak sudah belajar bersosialisasi, ia pun akan berpaling dari sang teman khayalan.
Dukung Imajinasi
KOMENTAR