Yayasan Anyo Indonesia
Sudah lama, ibu tiga anak bernama lengkap Pinta Manullang ini membantu anak penderita kanker. Pinta memulai aktivitas ini setelah putra sulungnya Andrew David Maruli Manullang atau Anyo, melawan leukimia pada usia 11 tahun. Sejak dilahirkan pada 14 Juni 1989 silam, tidak ada sesuatu yang berbeda ada diri Anyo. Anyo tumbuh sebagai anak yang ceria dan terkenal cerdas sama seperti kedua saudaranya Andri Manullang dan Abel Manullang.
Sejak divonis untuk hidup dengan kanker, Pinta dan suaminya, Sabar Manullang terus mendampingi Anyo melawan kanker. Beragam pengobatan dilakukan Pinta hingga membawanya ke Belanda. 8 tahun berjuang, Anyo akhirnya harus kembali ada Sang Pencipta. Tak disangka, kehilangan dan rasa pedih itu yang kemudian menjadi motivasi Pinta untuk coba membagi pengalaman dan membantu mereka yang bernasib sama.
Tahun 2006 silam bersama rekan-rekannya Pinta mendirikan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI). Agar lebih fokus dan semakin banyak membantu anak-anak yang hidup dengan kanker, Pinta dan suaminya, Sabar Manullang kemudian mendirikan Yayasan Anyo Indonesia (YAI) pada 27 Juni 2012. "Nama Anyo digunakan sebagai nama yayasan agar menginspirasi dan memberikan semangat untuk membantu anak-anak ini," terang perempuan kelahiran Jakarta, 14 januari 1963 itu.
Masalah yang menyelubungi penyakit ini sebenarnya sangat kompleks. "Misalnya obat. Obat yang dibutuhkan kadang tidak tersedia, sehingga kita harus memfasilitasinya. Karena kita enggak mau mereka harus menunggu lama untuk diobati, untuk mengobati kanker itu berpacu dengan waktu. Semakin cepat diobati, semakin besar kesempatannya untuk sembuh."
Beragam masalah itu membuat Pinta semakin terbuka untuk bekerjasama dengan berbagai organisasi dan perusahaan agar semakin banyak yang bisa dibantu. Walau masih berusia bulanan, banyak yang sudah dilakukan YAI dalam membantu mereka yang membutuhkan. "Beban yang mereka rasakan, itu kita ambil. Supaya mereka fokus dalam melakukan pengobatan anaknya."
Salah satu cara yang dilakukan Pinta adalah dengan mendirikan sebuah Rumah Singgah yang dapat digunakan keluarga selama melakukan pengobatan di Rumah Sakit. "Syaratnya hanya boleh didampingi oleh satu orang anggota keluarga karena di rumah ini kapasitasnya terbatas dan enggak ada perawat. Biaya yang harus dibayar hanya Rp 5 ribu per hari, jika mereka enggak bisa membayar ya enggak apa-apa."
"Impian besar kami ke depannya adalah memiliki sebuah Klinik Rawat Singkat atau one day care clinic untuk anak-anak yang hidup dengan kanker. Untuk membuat mimpi ini menjadi kenyataan kami sedang coba mengumpulkan dana. Jika tidak ada hambatan pada hari kanker anak internasional 15 Februari depan kami akan membuat sebuah acara penggalangan dana."
Acara penggalangan dana yang akan dilakukan berbentuk konser musik yang diisi oleh beberapa musisi terkenal seperti Cherrybelle, J-flow, Coboy Junior dan lain-lain. "Untuk acara yang akan diadakan di Ballroom Gedung XXI Jakarta Theater. Kami menyiapkan 750 undangan yang dijual dengan harga VVIP Rp 2 juta, VIP Rp 1 juta, regular I Rp 500 ribu, regular II Rp 250 ribu. Berapapun hasil yang didapat, semuanya akan dikumpulkan untuk membuat klinik."
Tak hanya bantuan dana, bisa juga membantu tenaga sebagai relawan. Syarat khususnya adalah memiliki komitmen untuk membantu sehingga mudah untuk mengatur jadwalnya," tutupnya.
Beragam organisasi yang fokus dalam membantu anak penderita kanker juga kerap mendapat bantuan dari organisasi atau individu lain. Di antaranya adalah Komunitas Berlari Untuk Berbagi (BUB). Raty Ning (42), salah satu anggota BUB menyatakan bahwa dirinya dan BUB memiliki komitmen untuk membantu beberapa yayasan yang membutuhkan termasuk Yayasan Anyo Indonesia (YAI).
KOMENTAR