Aan Geisha: Hobi Naik Motor Trail
Seperti yang pernah dua kali ia lakoni bersama teman-teman komunitas motor trail yang kerap mengajaknya tour, terutama ke luar kota. "Beberapa bulan lalu saya sempat ikut tur ke pegunungan di kawasan Bandung, Jawa Barat. Acaranya tiga hari, saya kemping bareng teman-teman sesama penyukai motor trail, lalu besoknya seharian blusukan ke pegunungan. Seru banget," cerita Aan, saat ditemui di sela acara promosi album ketiga Geisha di sebuah radio.
Sejak gemar mengendarai motor trail, hingga saat ini Aan sudah memiliki dua buah motor trail merek Kawasaki 150 cc dan 250 cc. Kendati Aan suka memodifikasi motornya agar bisa melaju lebih kencang saat menanjak di area pegunungan dan perbukitan, namun ia mengaku tak terlalu ikut campur dalam proses perombakan motornya.
"Biasanya, sih, saya titipkan ke bengkel saja. Jadi orang bengkelnya yang mengtak-atik motor saya. Soalnya saya enggaka da waktu buat lama-lama menongkrong di bengkel. Jadwal konser saya di luar kota padat banget. Akhirnya saya juga jarang banget pakai motornya, jadi lebih banyak parkir di bengkel, ha ha ha..."ujarnya.
Untuk mengobati rasa kangennya pada kegiatan bermotor, saat mampir ke luar kota atau luar negeri Aan terkadang membeli beberap aksesori untuk melengkapi hobinya itu. "Wah, termyata aksesorinya mahal juga, ya. Kaca mata khususnya sepatu boot-nya. Semuanya khusus untuk pengendara motor trail. Tapi kalau sudah suka, biasanya tetap saya beli walaupun mahal, ha ha ha..."
Walaupun sulit mencari waktu luang untuk mengendarai motornya, namun Aan mengaku tetap memilih menggunakan motor jika sedang berada di Jakarta. "Jalanan Jakarta, kan, macetnya minta ampun. Kalau pakai motor, ke mana-mana jadi lebih cepat. Malah saya pernah, lho, ke bandara pakai motor gara-gara jalanan stuck banget dan saya harus mengejar pesawat."
Seritanya, suatu ketika Aan bersama Geisha harus manggung di suatu daerah. Sementara sebelumnya ia dan Geisha harus menghadiri sebuah acara di Jakarta. Akibat terburu-buru mengejar waktu untuk sampai ke bandara, Aan meminta orang suruhannya untuk membawakan motornya. "Saya ajak gitaris Geisha, Nard, untuk ikut boncengan sama saya. Alhamdulillah kami bisa segera sampai ke bandara. Tapi teman saya bilang kapok naik motor sama saya, ha ha ha..." kenang Aan soal pengalamannya itu.
Darto "The Comment" & Hobi Utak-Atik Motor
Padahal, ia mengaku belum terlalu lama menggeluti hobi mengutak-atik motor. "Saya baru senang mengoprek motor sejak tahun 2010. Awalnya saya suka Vespa tipe LX. Kebetulan versi Vietnam-nya sudah mulai masuk ke Indonesia, jadi harganya lebih terjangkau ketimbang yang versi asli Italia-nya. Akhirnya saya beli, deh," tutur Darto.
Sayangnya, kata pria berkacamata ini, baru tiga hari beli Vespa kesayangannya itu mengalami kecelakaan kecil alias terjatuh dan membentur aspal. Tak pelak lagi, ia harus memasukkan motornya ke bengkel.
"Nah, di sinilah mulainya. Tadinya Vespa ini cuma mau dicat ulang karena lecet habis jatuh, tapi rasanya tanggung dan jadinya saya tambahin cat striping, beli aksesoris, ganti jok kulit, mesinnya juga diganti ini dan itu. Seru aja. Sampai akhirnya bosan sendiri, ha ha ha...," paparnya sambil tertawa.
Selanjutnya, Darto semakin tertantang mengutak-atik motor dengan lebih canggih. Artinya, membangun sebuah motor dari awal. Tak lama, ia pun tertarik membeli motor klasik merek Honda CX500 yang tergolong langka, produksi tahun 1982. Mulailah ia memasukkan motornya ke bengkel langganannya, Protechnics, yang berada di kawasan Rempoa.
"Bengkel langganan ini proses pengerjaannya lama, tapi detail sekali dan bikin saya puas sama hasilnya. Tapi karena lama menunggu sampai benar-benar jadi motornya, saya jual Vespa yang sudah didandani, lalu saya beli Kawasaki yang mengeluarkan seri klasik Estrella 250 cc."
Mengaku tak betah melihat penampilan standar Estrella 250 cc, ia pun mulai merombaknya. "Saya ganti stangnya, joknya, spakbornya, knalpotnya, wah pokoknya hampir semua saya ganti. Enggak ada habisnya, deh, ganti-ganti aksesoris dan mesin. Ha ha ha..."
Darto mengaku paling suka mengganti motor pada bagian tampilannya, seperti mengganti ban dan velg dengan yang ukurannya lebih besar, juga tangki, spakbor, jok, lampu, spiom, dan catnya. Termasuk mesin dengan mangganti piston, porting, bore up, dan lainnya agar tarikannya makin yahud.
Untuk hobinya ini, Darto memang harus lebih dalam merogoh isi kantongnya. "Kisarannya dari Rp20 juta sampai tak terbatas. Kalau modifikasinya kelas kakap, bisa sampai Rp300 jutaan, hampir sama dengan harga motornya. Ngeriiii..." ujar Darto yang mengaku kecanduan berbelanja aksesori motor secara onlline melalui e-bay hingga tagihan kartu kreditnya membengkak.
Lantas, kapan saja Darto mengendarai motornya? "Oh, setiap hari saya pakai motor, lho! Kalau mau syuting dari tempat siaran, kan, harus ngebut. Kalau naik mobil, pasti enggak terkejar waktunya. Jakarta, kan, macet banget."
Makki "Ungu" Pilih Naik Vespa Agar Terbebas Macet
Tak heran jika salah satu gitaris band Ungu ini memilih mengendarai kendaraan roda dua setiap harus menghadiri banyak acara. "Saya punya dua motor di rumah, Harley Davidson dan Vespa. Tapi yang Harley saya pakai enggak setiap hari, sih. Justru saya lebih banyak pakai Vespa," tuturnya saat ditemui di kawasan Kuningan beberapa waktu lalu. Pada kesempatan ini pun ia mengendarai Vespanya.
Semula, ia masih bertahan ke mana-mana menyetir mobil pribadinya. Namun lama kelamaan, Makki mengaku tak tahan berada berjam-jam hanya untuk melewati sebuah ruasa jalan saja. "Akhirnya saya pilih setia hari pakai Vespa. Lebih efektif dan sudah pasti enggak kena macet. Kalau hapal jalan tikus, lebih bagus lagi, ha ha ha..." ujarnya lagi.
Namun begitu, Makki bukanlah tipe penyuka kendaraan roda dua yang terlalu mengutak-atik kondisi motornya. Ia justru mengaku lebih suka tampilan motor klasik yang original, tanpa ada modifikasi apa pun. "Alasannya, sih, karena saya enggak punya waktunya, selain itu juga saya lebih suka bentuk motor yang original, enggak macam-macam."
Makki juga mengatakan, merasa lebih nyaman ketika mengendarai motor yang masih asli dan belum tersentuh tangan montir untuk dimodifikasi. Namun ia mengaku tetap rutin mengecek kondisi motornya ke bengkel agar tarikannya tetap oke saat dikendarai di jalan raya.
"Soalnya saya takut kalau setelah di modifikasi hanya bagus tampilan luarnya saja, tapi pas dipakai malah enggak sreg lagi. Jadi buat saya, sih, lebih baik tampilannya original saja, tapi dibawanya tetap nyaman, apalagi kalau jaraknya agak jauh," tandas Makki sambil mengatakan, sejak rutin mengendarai Vespa, kini ia sudah enggan menyetir mobil lagi di Jakarta.
Intan Y. Septiani
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR