Dialog dengan Rampok
Kejadian berikut sempat menciutkan hati Michelle. "Salah satu dari mereka mencoba menggerayangi tubuh saya. Langsung saya teriak, 'Hei, mau apa kau!" Mendengar teriakan saya, si sopir menegur temannya." Si sopir, kata Michelle, berujar, "Jangan macam-macam kau! Kita cuma perlu uangnya." Makin yakinlah Michelle, sopir itu adalah otak perampokan.
Dari dialog mereka, si gadis pemberani ini berkesimpulan, empat pria usia 30 hingga 40-an tahun tersebut berasal dari Sumatera Utara. Gadis keturunan Jawa-Belanda ini lalu berinisiatif bicara menggunakan dialek ala Batak. "Bang, kalian salah korban. Aku ini seperti kalian. Aku ini orang Karo, margaku Siringo-Ringo," ucap Michelle yang teringat sahabatnya bermarga Siringo-Ringo. "Saya comot saja nama marga teman saya."
Salah satu pria itu rupanya terpancing dan menanggapi ujaran Michelle. "Aduh, Dik, aku tak tahu. Kupikir kau orang China." Dialog pun berlanjut, "Dari mana aku China? Kau lihat mamakku, wajahnya kotak kayak kau!"
"Maaf Dik. Kau kuliah di mana?"
"Aku kuliah di UKI."
"Oh, banyak orang Batak kuliah di sana, ya. Aku juga punya keponakan yang kuliah di sana."
Perbincangan lalu terputus ketika sopir membentak anak buahnya. "Jangan banyak cakap kau, Lae. Kubunuh kau!" Usai menguras habis uang anak-beranak ini, taksi melaju melewati Jalan Simatupang. "Sudah, kita turunin saja mereka di markas," kembali "kepala rampok" memberi perintah. Sebelum diturunkan, kata Michelle, "Mereka mengembalikan kamera dan kartu chip HP. Mereka juga kasih uang Rp 200 ribu untuk ongkos pulang."
Pura-pura Jatuh
Akhirnya, di jalanan sepi yang gelap, kawanan perampok menurunkan Michelle dan ibunya, persis di sebuah gang. "Mama duluan jalan, disuruh masuk gang. Tak lama kemudian saya disuruh mengikuti Mama tanpa boleh menengok ke belakang. Kalau melanggar, saya diancam akan dibunuh," kata mahasiswa Fakultas Hukum yang tengah menyelesaikan skripsi ini.
Sambil berjalan masuk gang, Michelle putar otak. Pada kesempatan terakhir, ia ingin mengenali taksi. Barangkali ada ciri-ciri khusus seperti ada baret di mobil atau bila beruntung bisa melihat nomor taksi. "Saya sengaja menjatuhkan diri sambil menengok ke belakang. Apesnya, perampok itu curiga. Ia lari mendekat sambil menodongkan pisaunya."
Michelle kembali menerima ungkapan kasar bernada ancaman. "Macam-macam kau, ya! Kubunuh kau sekarang!" Dengan cepat Michelle menukas, "Aku benar-benar jatuh, Bang. Lihat, aku pakai sepatu hak tinggi. Jalanan berlobang." Bos rampok itu percaya dan meninggalkan Michelle. Ketika terdengar suara taksi meninggalkannya, Michelle segera berlari ke jalanan untuk memperhatikan taksi. Tapi taksi berjalan zig-zag kemudian hilang.
KOMENTAR