Saat islah, tutur Heri, Aceng menyatakan permintaan maafnya, yang oleh perwakilan keluarga FO diterima dengan baik. "Sebagai muslim, kami wajib menerima ketika ada orang meminta maaf. Perkara ikhlas atau tidak, itu bukan urusan kami. Yang penting kami ikhlas dan saat kami tanya semalam, FO ternyata juga ikhlas," imbuhnya. Sejak selesai proses islah, FO pun kembali mengaku merasa ceria. Rasa percaya dirinya kembali bangkit karena ia yakin masalahnya akan segera usai dan tinggal menunggu surat soal kejelasan statusnya.
Namun ketika FO pulang ke rumah usai islah, pihak Aceng menyodorkan surat pernyataan islah yang sudah dibuat beserta delapan poin yang ada di dalamnya. Antara lain, keduanya sepakat untuk tetap saling bersilaturahmi dan memaafkan yang terjadi. "Yang membuat kami keberatan adalah poin nomor delapan, karena kami melihat masalah ini dibawa Pak Aceng ke ranah politik," tutur Heri kecewa.
Pada poin ke-8 tertulis, kedua belah pihak mengimbau agar jajaran pemerintah termasuk Departemen Dalam Negeri dan DPRD Garut ikut mempertimbangkan proses islah dalam penyelesaian masalah yang memicu reaksi keras dari masyarakat luas ini. "Urusan kami, kan, dengan Pak Aceng, bukan dengan Bupati Garut karena ini urusan antara keluarga FO dengan keluarga Pak Aceng. Urusan DPRD, protes dari masyarakat, dan sebagainya, itu urusan politik dan tanggung jawab Bupati Garut."
Jadi, tandas Heri dan Ayi, FO tak perlu bertanggung jawab membersihkan nama Aceng selaku Bupati Garut. "Justru sebaliknya, dialah yang seharusnya membersihkan nama FO," tukas Heri sambil menyebutkan, poin yang memberatkan keluarga FO itu membuat pihaknya belum bersedia menandatangani surat pernyataan yang diajukan Aceng pada islah.
Ironisnya lagi, baru saja malam sebelumnya FO bergembira usai islah, datang lagi kabar soal pemberitaan miring yang menyatakan ia menerima uang Rp 3 miliar saat melakukan islah. Kondisi FO pun kembali drop. Ia mengaku kecewa sekaligus marah. "Sekalipun keluarga kami miskin, saya masih punya harga diri. Dan harga diri kami tak bisa diganti dengan materi!" tandas FO seperti ditirukan Ayi.
Ayi menambahkan, tak benar pihaknya menerima sepeser pun uang dari Aceng dalam rangka islah itu. "Kalaupun uang itu diberikan, akan saya kembalikan dan saya buang di depannya (Aceng)!" ujar Ayi kembali menirukan ucapan FO.
Istri Pertama Tetap Setia
Usai islah, di depan wartawan Aceng Fikri mengatakan, setelah itu tak akan ada lagi masalah ke depannya. "Kedua keluarga saling memaafkan dan menerima. Saya minta ini dianggap selesai," ujar Aceng seperti ditulis beritasatu.com. Salah satu kesepakatan dalam islah disebutkan, FO mencabut laporan ke Mabes Polri dan Aceng batal melaporkan FO ke polisi.
Di akun Facebooknya, Kamis (6/12) Aceng juga menuliskan status berbunyi, "Saya tidak akan enggan terus meminta maaf kepada warga Indonesia dan khususnya bagi kaum perempuan... Saya meminta atas segala kesalahan-kesalahanyang saya perbuat... Terima kasih."
Dalam status yang lain, ia juga mengatakan, "Mungkin ini adalah kesalahan terbesar saya dalam menjadi pemimpin... tapi saya juga manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, khilaf, dan dosa.... Oleh karena itu saya meminta maaf sebesar-besarnya kepada semua warga Indonesia dan terutama pada kaum wanita.... dan saya minta tolong jika Anda membaca permintaan maaf ini sebarkan... ke semua teman2 Anda...mungkin bukan saya yang membalas kebaikan saudara-saudara... tapi ALLAH SWT... Terima kasih."
Namun, reaksi masyarakat seputar pernikahan Aceng Fikri dengan FO terus bergulir kendati islah sudah terjadi. Beberapa hari berturut-turut, masyarakat Garut terutama kaum perempuan menggelar aksi demo di depan kantor DPRD. Mereka menuntut Aceng mundur. Tak hanya itu, mereka juga menuntut dibentuknya Pansus DPRD untuk memroses hal ini, yang akhirnya disetujui.
KOMENTAR