Saat ditemui di kediamannya, Jumat (6/12), FO tampak segar. Rupanya, ia baru saja mandi. Rambutnya diikat ke belakang. Ia mengenakan setelan baju dan celana panjang warna kalem, yang membuatnya tampak cerah. Meskipun tak bersedia bicara banyak soal masalah yang tengah membelitnya, FO tetap ramah dan sesekali tertawa.
FO memiliki satu keinginan yang saat ini ia impikan. Gadis berkulit putih itu ingin umrah. "Saya pengin umrah bersama orangtua dan Pak Heri (paman FO, pemilik Pesantren Al-Fadilah). Ada yang akan mengabulkannya," ujar FO menceritakan soal kedatangan seorang pejabat dari Jakarta yang berjanji hendak membiayainya umrah. Ia mengaku, sejak masih duduk di bangku SMA sudah punya keinginan untuk umrah. Ia sama sekali tak menyangka, keinginannya akan segera terwujud. Ia berencana akan menumpahkan semua unek-uneknya di Tanah Suci. "Di sana saya ingin berdoa, minta segalanya kepada Allah yang bisa membuat saya bahagia dunia-akhirat," harapnya.
Selain umrah, gadis yang senang menulis ini juga mengaku saat ini ingin melanjutkan pendidikan. "Saya ingin jadi bidan, supaya bisa bantu orang lain. Sebetulnya, sejak kecil cita-cita saya jadi dokter. Membanggakan kalau bisa jadi dokter, pinter, bisa menolong orang." Keinginan FO yang berikutnya adalah membahagiakan kedua orangtuanya dengan menempatkan mereka di tempat yang lebih layak. Artinya, "Pengin orangtua tinggal di rumah yang lebih baik dari sekarang. Tinggalnya tetap di sini, hanya saja rumahnya dibangun ulang. Biar semua keluarga tetap bisa berkumpul," ujar anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Pesan untuk Bupati
Saat ini, tuturnya, ia lebih memilih memikirkan masa depan ketimbang masalah yang tengah menimpanya belakangan ini. "Saya puyeng memikirkan semua ini. Saya hanya ingin istirahat, mendapat ketenangan. Sudah berhari-hari saya enggak tidur. Keluarga saya juga. Kasihan orangtua saya," keluhnya. Sebetulnya, tutur perempuan bertubuh tinggi ini, ia senang dengan adanya islah yang dilakukan bersama Aceng, Rabu (5/12) malam silam.
FO menuturkan, ia memang sangat ingin masalah ini segera usai. "Sebagai muslim, saya berdosa jika tidak menerima permintaan maaf dia (Aceng). Namun sebagai manusia, wajar rasanya jika saya masih punya rasa sakit, setelah apa yang dia lakukan dan ucapkan kepada saya," tuturnya pelan. Lebih lanjut, Fany mengatakan harapannya tentang Aceng. "Jadilah pemimpin yang baik, jujur, dan bijaksana. Dosa jika melakukan hal seperti ini lagi. Jangan ada lagi FO-FO yang lain, cukup saya jadi yang terakhir. Saya ingin perempuan lain mendapat pelajaran dari yang saya alami, tak semua janji manis berbuah manis. Hati-hati," ujarnya dewasa.
FO sebetulnya tengah merajut masa depan dengan bekerja sebagai karyawan toko baju di Bandung, persis selulus SMA Juni silam, sebelum masalah ini terjadi. Untuk menunggu panggilan dari perusahaan telekomunikasi yang ia lamar. Namun baru dua hari kerja, ia dipanggil pulang oleh keluarganya. Menurut Heri (paman FO dan pemilik Pesantren Al-Fadilah, Red.) saat ditemui di pesantrennya, Jumat (6/12), panggilan untuk memperkenalkan FO kepada Aceng. Setelah tiga kali bertemu dan mengobrol, akhirnya FO setuju menikah dengan Bupati Garut itu.
Cerita Aceng soal statusnya yang sudah berpisah dari istrinya serta sumpah yang diucapkan Aceng, membuat FO yakin akan kesungguhan pria itu. Aceng juga berjanji akan mengajak FO umrah, menguliahkannya, dan menempatkannya di rumah yang lebih layak bersama orangtuanya. "Ketika Pak Aceng berjanji akan menguliahkan, bangkit semangat FO. Tapi ternyata kejadiannya malah berbuntut panjang begini," tutur Heri.
Seperti yang sudah banyak diberitakan sebelumnya, ketika akhirnya FO menikah dengan Aceng pada 14 Juli silam di rumah pribadi Aceng, pernikahan itu berakhir dengan talak tiga yang dijatuhkan Aceng hanya empat hari setelahnya, melalui pesan singkat kepada FO.
Ayi Rohimat, paman FO lainnya, mengatakan, sebetulnya pihaknya tak ingin melaporkan kasus itu ke Mabes Polri. Namun Senin (3/12) lalu FO dan keluarganya diundang ke Banten oleh kerabat mereka untuk refreshing sejenak dari kemelut ini. Rupanya, di sana sudah berkumpul banyak orang, di antaranya para ahli hukum. Mereka pula yang kemudian mengajak FO berkonsultasi secara psikis ke Mabes Polri. "Ternyata prosesnya berlangsung panjang. FO sampai berkali-kali minta pulang," ujar Ayi.
Para ahli hukum ini, menurut Ayi, juga meminta FO menandatangani surat pernyataan yang menyatakan FO didampingi mereka untuk menjalani proses hukum masalah ini. "Besoknya kami diagendakan sejumlah kegiatan, sehingga kondisi FO drop dan minta pulang. Bagaimana pun juga, kami harus memprioritaskan FO, karena sebetulnya yang dia inginkan adalah ketenangan," tandas Ayi sambil menambahkan, hari itu juga pihaknya pulang ke Garut.
Di sisi lain FO tak menyangka, kasusnya akan diliput media semakin gencar dan terus-menerus. Ditambah lagi, berbagai pemberitaan miring di media dan pernyataan yang dikeluarkan Aceng membuat FO makin syok. Untuk memulihkan semangatnya, keluarga didampingi lembaga perlindungan anak di Garut bermaksud mengajaknya refreshing ke Bandung, Rabu (5/12). Rupanya, di tengah jalan keluarga FO mendapat kabar, Aceng akan datang ke Garut malam itu juga untuk melakukan islah.
"Saya melihat ada antusiasme pada diri FO saat mendengar Pak Aceng mau islah. Jadi kami kembali ke Garut. Sampai di pesantren, Pak Aceng dan rombongan sudah datang," ujar Heri sambil menambahkan, keinginan FO berkaitan dengan kasus ini sebetulnya hanya ada dua. Pertama, Aceng datang untuk meminta maaf kepada keluarganya. Kedua, soal kejelasan status FO. "FO tak minta Pak Aceng meminta maaf kepadanya, melainkan ke orangtuanya. Baginya, orangtua adalah segalanya. Apalagi, kejadian ini membuat ibunya sakit-sakitan."
"Masalah dengan Pak Aceng membuat beban pikirannya bertambah. Ibaratnya, datang saat akan menikah, kan, baik-baik, jadi ketika memulangkan FO, ya, juga baik-baik. Soal status, ia memang ingin ada kejelasan, agar tak timbul masalah saat ia bertemu jodohnya dan ingin menikah kelak. Jadi, FO ingin ada surat pernyataan talak. Itu saja yang dia tunggu sekarang," papar Heri.
Hasuna Daylailatu / bersambung
KOMENTAR