Salah satu sukarelawan psikolog pendamping di Posko Halim, Wiene D. Toorisnawati, menuturkan, emosi sedih juga bisa terjadi saat jenazah diserahkan kepada keluarga, dikuburkan, dan satu per satu anggota keluarga besar kembali ke aktivitasnya. "Kesedihan ini ada tahapannya. Merasa sepi, banyak barang kenangan membuat mereka teringat kembali." Selama di posko, ada keluarga yang bilang, "Lebih aman dan nyaman rasanya ke Halim daripada di rumah lihat barang korban. Mereka perlu sentuhan afeksi."
Ketika korban telah ditemukan dan jenazah dibawa pulang, berbagai reaksi juga bisa muncul. "Dari pengalaman, ada yang setelah kejadian baru enam tahun kemudian baru bisa makan daging. Ini diakibatkan faktor internal dan eksternal," tambah Wulan Ayu Ramadhani, psikolog relawan lainnya.
Oleh sebab itulah HIMPSI Jaya akan mendampingi keluarga ketika menerima jenazah. Meski enggan merinci secara detail, tim relawan ini menjelaskan, akan dilakukan terapi sesuai kebutuhan masing-masing. Di antaranya, stabilisasi emosi dan trauma healing. Dan kendati posko telah ditutup Selasa (15/5) lalu, fasilitas pendampingan tetap disediakan. "Caranya, SMS ke Ibu Murti di nomor hotline 0811950014. Akan kami rujuk ke psikolog terdekat dari tempat tinggal keluarga korban. Baik itu visit oleh psikolog atau mereka yang datang ke klinik."
Ade Ryani / bersambung
KOMENTAR