Agar tak "jatuh" dua kali, Ani meminta Tatik segera sadar diri dan introspeksi. "Dia mau menuntut sampai kapan pun atau banding ke tingkat mana pun, kalau tidak pegang fakta, kebenaran akan terungkap. Saya percaya itu. Saya melangkah karena saya mengerti tujuan saya dan memahami petanya. Sementara dia, melangkah tanpa memahami peta, akhirnya malah jadi bumerang buat dirinya sendiri."
Sebaliknya, Ani mengaku masih memegang fakta yang akan ia ungkapkan di akhir. Bila ternyata setelah diungkap semua dan Tatik tak kunjung sadar, tegasnya, "Dia akan malu sendiri. Duduk persoalan ini karena apa, sih? Semakin dia mencemarkan saya, semakin tidak ada itikad baik. Waktu akan berbicara!"
Menurut Ani, selama ini Tatik sudah membentuk opini dengan cerita lain yang bukan fakta hukum. Misalnya, membawa anaknya mendatangi Ketua RT di lingkungan tempat tinggalnya. "Dia cerita ke RT saya tentang terjadinya KDRT menurut versinya. Pak RT itu langsung mendatangi saya ke rumah minta klarifikasi. Ini, kan, enggak ada korelasinya. Kasus KDRT apa? Saya juga didatangi anggota DPRD. Lho, saya ini, kan, korban pencemaran nama baik yang dia lakukan. Cerita itu hanya upaya mengiba saja. Makanya saya bilang, fitnah itu tidak lama. Waktu yang akan bicara."
Sebelum mengakhiri perbincangan, Ani sekali lagi menegaskan, dirinya siap meladeni upaya banding Tatik. "Karena saya sudah memahami kemampuan dia. Bukan berarti saya arogan, ya. Saya tak ada sangkut pautnya dengan masalah dia sekarang. Kalau memang dia punya bukti lebih kuat, kenapa tidak dia ungkap di persidangan sebelum ditetapkan sebagai narapidana?"
Rini Sulistyati / bersambung
KOMENTAR