T-Lab Desain Berlisensi
Ingin membuat kaos tapi bingung seperti apa desainnya? T-LAB (Teeshirt LABoratory) bisa menyediakan kebutuhan itu. Konsep "Stick to Our Identity" dengan slogan PICK. DESIGN. CREATE. WEAR diusung T-LAB yang memiliki gerai di Plaza Indonesia, Cilandak Town Square, dan Plaza Senayan. Konsumen dapat melihat sekumpulan album berisi desain aneka gambar, logo, atau tulisan. Jika khawatir akan hak cipta dari desainnya, tak perlu takut. Karena desainnya diimpor dan memiliki lisensi khusus dari Amerika Serikat. Menurut Adam dan Cindy dari T-LAB, desain dari luar negeri dipilih karena banyak yang menarik dan terkesan eksklusif. "Agar tidak tersandung legalitas hak cipta, yang kami ambil hanya yang memiliki lisensi. Tapi, tak menutup kemungkinan kerja sama dengan desainer lokal dengan kriteria lisensi yang sama."
Meski tak menerima desain yang dibawa oleh konsumen, terbukti peminat kaos sablon yang cukup eksklusif ini tetap banyak. Dengan tampilan gerai yang juga atraktif, pangsa pasar utamanya tentu saja anak muda. Ada yang menyukai logo brand tertentu, superhero, ikon, band, atau tulisan. Untuk tulisan biasanya berkaitan dengan momen, misalnya saat piala dunia atau kompetisi bola. Secara berkala, T-LAB juga mengeluarkan desain special edition bagi mereka yang tak ingin desain yang sama seperti di album.
Penggunaan material 100 persen katun pada kaos, polo shirt, topi, dan tas membuat kualitas bahan terasa nyaman saat dipakai. Waktu pengerjaan juga terbilang singkat, tak sampai satu jam, kaos siap dipakai. Karena desainnya berlisensi, harga yang dipatok cukup mahal, berkisar Rp 150-250 ribu. Namun, jika ingin kaos polosnya saja, konsumen juga bisa membeli langsung. Apalagi tersedia ukuran anak dan dewasa dengan beragam model casual yang keren. Tertarik mencoba?
Tadinya, Christine Octavia Sundah (30) adalah pegawai ritel fashion merek internasional. Lelah bekerja di perusahaan orang, ia lalu membuka toko kaos yang berbeda dari konsep distro. Di My Cup of Tee (MCoT) yang diluncurkan sejak Oktober 2010di Grand Indonesia, konsumen bisa membuat kaos sesuai desain yang diinginkan. Master desain bisa dibuat dari foto atau dibuatkan sketsanya oleh desainer MCoT. "Kalau bingung, ribuan gambar (desain) juga kami sediakan untuk dipilih. Tapi, kebanyakan yang datang sudah punya desain orisinal. Karena hanya dipakai satu orang, kesannya jadi lebih eksklusif."
Setelah menemukan desain yang pas, gambar lalu di-print dan disablon secara digital dengan tinta khusus. Kaos lalu di-press dengan mesin atau menggunakan cutting plotter. Pilihan tinta cukup banyak (standar, hologram, beludru, glow in the dark) yang diimpor dari Korea, Cina, dan Singapura. "Tinta impor lebih bagus kualitasnya. Setelah kaos jadi, tunggu dua hari baru dicuci dengan air dingin dan deterjen. Beri alas pada hasil sablon saat akan disetrika. Dan saat dijemur kaos harus dibalik," ujar Christine memberi tips agar sablon kaos tetap awet.
Belum genap setahun berjalan, respons positif menyambangi usaha yang dijalankan Christine bersama sang tunangan, Gary Lee (37). Beragam model kaos polos berwarna, topi, dan tas tersedia dengan bahan 100 persen katun. Tiap bulan, 100 kaos terjual untuk masing-masing warna.
Kaos berwarna netral (hitam, putih, coklat) jadi favorit karena terlihat kontras dengan hasil sablonan. Sedangkan konsumen perempuan cenderung memilih model kaos, tank top, atau vest dengan warna desain yang colourful. Untuk itu, ia harus menyediakan stok 5000 kaos per bulan berlabel MCoT yang juga mencantumkan aturan pencucian.
Selain tanpa minimal order, MCoT tak menerapkan batasan warna tertentu untuk desainnya. Pengerjaan satu kaos pun terhitung kilat, selesai dalam 15-45 menit. Tapi, jika ada yang kurang sempurna, bisa diperbaiki. "Kaos itu bisa dipakai siapa saja. Mungkin karena desain yang ada di pasaran tidak selalu cocok untuk semua umur, makanya banyak anak-anak hingga satu keluarga bikin kaos di sini."
Dari sekian banyak desain, teks tulisan dan gambar adalah yang paling diminati. Pernah ada yang minta dibuatkan desain kuda pegasus tersambung dari sisi depan hingga belakang. "Desain full seperti itu paling rumit bikinnya karena makan waktu dua hari. Itu kaos termahal, harganya sampai Rp 600 ribu. Tapi karena eksklusif, konsumen rela saja membayar." Harga yang dipatok berkisar Rp 60-190 ribu, memang bergantung ukuran desain, jenis tinta, dan designer fee. "Kalau mau bawa kaos sendiri juga bisa, tapi akan dikenai biaya tambahan. Karena suhu saat kaos di-press mencapai 180 derajat Celcius. Warna bisa tidak keluar, gosong, atau kaos menguning karena bahannya tidak cocok dengan tinta."
Sebagai sarana promosi, MCoT menggunakan sosial media dan metode word of mouth. Selain itu, mereka juga mensponsori band lokal, "Kalau ada acara dan promo mal juga kami kerja sama. Buat kami, customer is the best feedback," ujar Christine lagi. Ke depan, ia berencana membuka gerai serupa di mal lain, sambil menambah material tinta yang unik dan berbeda untuk pilihan konsumen.
Ade Ryani / bersambung
KOMENTAR