Soe.Hoe Produk Terbatas
Di usianya yang relatif muda, Soetjipto Hoeijaja (25) sudah memiliki bisnis tas dan pakaian. Di bawah naungan Lentera Mega Perkasa Group, Soetjipto selaku Direktur memproduksi tas dengan nama soe.hoe, pakaian jadi pria (no'om), dan pakaian jadi wanita (no'mi).
Kuliah di LaSalle College adalah pilihan tepat bagi pria berkulit putih ini. "Saya suka fashion karena bisa melihat karakteristik orang dari cara berpakaiannya. Setelah setahun, saya lihat bisnis fashion punya peluang besar," papar Soetjipto di butiknya, Levelone Grand Indonesia, Jakarta.
Peluang yang dimaksud adalah belum adanya pembuat retail tas yang fokus. "Saya membayangkan bisa membikin tas yang bisa dipakai saat santai, kerja, dan pesta. Ini kesempatan besar karena wanita Indonesia terutama di Jakarta sudah menyukai produk dalam negeri asal kualitasnya sesuai standar."
Impian Soetjipto terwujud dan mulai menjalani bisnisnya dengan menjual dari teman ke teman. Produk soe.hoe (singkatan nama depannya) terbuat dari kulit sapi asli dengan harga di bawah Rp 2 juta untuk tas, tempat iPad dan clutch. "Harganya cukup terjangkau bagi kelas menengah. Karena bahannya asli, agak sulit bagi saya menurunkan harga. Standarnya memang segitu."
Enam tas multifungsi yang dibuatnya pun langsung sold out. "Awalnya ditawarkan ke teman kampus, lalu ke orangtuanya, atau stylish majalah. Sekitar 2-3 tahun lalu ketika merek lokal sedang naik daun, dagangan saya laris," kenang Soetjipto sambil tersenyum. kemudian, setahun lalu Soetjipto mendengar Grand Indonesia membuka tempat khusus berjualan barang-barang lokal berkualitas. Tanpa pikir panjang, ia segera memesan tempat. Butik seluas 43 m2 berwarna merah dan hijau olive ini menonjolkan aspek modern, natural dan sophisticated. Mencerminkan gaya produk di dalamnya.
Di awal perjuangannya, diakui ada duka yang harus dilalui. "Saya pernah menunggu konsumen di depan rumahnya sampai jam 12 malam. Seusai presentasi, ternyata orangnya enggak jadi beli. Ternyata tidak gampang, ya melayani atau mendapatkan pelanggan." Meski pernah mengalami penolakan, jerih payah Soetjipto berbuah manis. Semakin hari, peminatnya kian bertambah. Kini, produk soe.hoe sudah tersedia di Elohim, Orchard Central dan Fuchsia Lane, Tanjong Pagar, Singapura. Rahasianya, "Produk dibatasi hanya tiga buah dengan warna berbeda, Jika sudah sold out tidak produksi lagi."
Selulus dari Jurusan Media FIKOM UNPAD, Siti Hasanah Bajumi Candra yang kerap dipanggil Adhen (30) mulai berpikir untuk membangun usaha sendiri. Meski pernah bekerja di radio swasta (99ers) di Bandung sejak 2001 hingga 2008, darah wirausaha yang diwarisi dari ayahnya memacu Adhen untuk memulai usaha sendiri. "Aku hanya ingin menjalankan usaha sesuai apa yang aku suka," kebetulan sejak kecil Adhen sangat gandrung mengoleksi tas berbagai model.
Sebelum benar-benar terjun ke bisnis tas, Adhen melakukan survei terlebih dulu dengan mendatangi sejumlah acara pamarean kerajinan yang digelar setiap tahun di Jakarta. Dari situ, Adhen melihat peluang usaha dalam meraih pasar yang belum tergarap oleh produsen tas dalam negeri.
Berdasarkan hasil surveinya, produk tas kulit dalam negeri terlalu seragam, dengan model yang sangat konvensional. Untuk segmen orang-orang fashionable dan bekerja, belum terjamah oleh produsen lokal. "Kebanyakan orang-orang ini akhirnya memilih menggunakan produk buatan Cina atau produk kualitas nomor dua. Aku sendiri tidak suka barang palsu, mulailah aku berpikir untuk membuat tas sendiri," ungkap Adhen yang menyayangkan banyaknya orang menyukai barang "tembakan" atau palsu.
KOMENTAR