Tri Star Cullinary Adakan Kursus Singkat
Suatu hari di sekolah kuliner Tri Star Cullinary yang berlokasi di Jalan Jemur Sari, Surabaya, tampak sejumlah siswa sedang praktik membuat cake. Di ruang lain, ada pula peserta kursus masak tengah membuat masakan soto. Mereka belajar mulai awal, sampai hasil olahan matang tersaji.
Beberapa siswa memotret hasil karyanya dengan wajah cerah. "Sehari-hari, beginilah aktivitas tempat kursus kami. Tidak pernah ada hari kosong. Dalam sehari, kami bisa menyelenggarakan 2-3 kali kursus," tutur Hedy W Saleh, SH, MBA, MSi Par, Ketua Program Studi Tri Star Cullinary (TSC).
Hedy mengisahkan, TSC berdiri sejak 2008. "Kami ingin menjawab kebutuhan masyarakat yang begitu besar pada dunia kuliner. Begitu hebatnya bisnis makanan, menjamur di mana saja. Ini berhubungan dengan kebutuhan mendasar manusia," jelas Hedy.
TSC menyelenggarakan pendidikan kulinari, salah satu tujuannya menyiapkan peserta memasuki dunia usaha dan kerja. "Mulai cooking sampai food and beverage. Kami juga adakan jenjang D1, D2, dan D3 yang standarnya diploma perhotelan. Ada materi makanan Eropa, Timur Tengah, Jepang, oriental, dan menu nusantara. Kami menyiapkan mereka untuk memasuki dunia kerja, misalnya menempati posisi di hotel atau membuka usaha kuliner sendiri."
Selain itu, TSC juga menyelenggarakan kursus singkat untuk memenuhi permintaan masyarakat. Dunia kuliner, kan, terus berkembang. Banyak menu yang jadi tren. Nah, kami menyelenggarakan kursusnya. Misalnya kursus bikin es krim, aneka makanan crispy, bebek goreng, aneka soto, dan kue kering. Sekaligus kami juga memodifikasi hasilnya agar disukai masyarakat. Misalnya bakso, kami tidak hanya bikin yang bundar, tapi juga yang gepeng. Kami mencari sesuatu yang beda tapi mengena dan memenuhi kebutuhan masyarakat."
Dengan program ini, lanjut Hedy, TSC mendapat respons hangat dari masyarakat. "Untuk kursus singkat, setiap hari selalu ada jadwal. Karena keterbatasan tempat, kami baru bisa menyelenggarakan 2-3 kali kursus setiap hari. Untuk program kursus singkat, pesertanya menjangkau sampai ke ibu-ibu kecamatan. Kami senang sekali peserta kursus mencoba buka usaha sendiri. Rupanya, dengan keterampilan yang sudah didapatkan, mereka menciptakan lapangan kerja sendiri."
Selain itu, banyak pula peserta kursus yang sebenarnya sudah buka rumah makan. "Mereka belajar lagi untuk menambah keterampilan," kata Hedy seraya menjelaskan, untuk program diploma, pesertanya banyak berasal dari luar Jawa."Kebanyakan mereka memang bertujuan membuka usaha sendiri. Dengan kurikulum teori dan lebih banyak praktik, mereka kelak jadi tenaga terampil."
Untuk memenuhi kebutuhan sekitar 70 mahasiswa, TSC menyediakan pengajar yang andal di bidangnya. Bahkan, beberapa kali mengundang chef hotel berbintang, baik dari dalam maupun luar negeri. Biayanya, lanjut Hedy, "Kami upayakan terjangkau bagi masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Untuk kursus singkat, biayanya mulai Rp 250 ribu. Untuk program diploma, biaya setahun sekitar Rp 25 juta."
Belakangan ini, TSC juga mengadakan kursus yang berkaitan dengan teknologi pangan. "Antara lain membuat tepung sendiri, esens sirup, sampai mengolah jamur jadi menu utama," papar Hedy seraya menambahkan, perkembangan dunia kuliner berkaitan erat dengan kreativitas.
"Nah, kami didik mereka untuk jadi orang yang terampil dan kreatif. Harapan kami, mereka siap mengisi dunia kuliner yang terus berkembang ini."
Berawal dari hobinya di bidang kuliner, Monica (35) sering menerima pesanan aneka roti dan kue dari banyak pihak. "Bu Monica memang suka bikin kue. Roti dan kue seperti black forest, lapis Surabaya, aneka kue kering, sampai tiramisu, cukup digemari. Ada saja yang pesan ke Bu Monica untuk berbagai keperluan. Termasuk untuk wedding," ujar Neni Anita (33), staf Marketing Creative Cake Surabaya (CCS).
Meski lulusan sarjana teknik, Monica ternyata lebih suka menggeluti dunia kuliner. Untuk menambah ilmu, ia ikut berbagai macam kursus, bahkan sampai ke Malaysia. "Setelah ilmunya cukup, Monica membuka tempat kursus CCS. Awalnya, kursus diadakan di rumahnya di kawasan Karang Asem. "Ternyata peminatnya cukup banyak. Lama-kelamaan, ruang di rumahnya tidak lagi bisa menampung peserta kusrus. Sejak setahun belakangan ini, tempat kursus pindah ke Apartemen Metropolis di kawasan Tenggilis," ujar Neni.
Semula, Monica menyelenggarakan bermacam kursus, termasuk membuat kue kering dan cokelat. Belakangan, Monica merasa, dekorasi kue jadi semacam tren yang sedang diminati masyarakat. Kebutuhan masyarakat pada kue-kue pesta dengan beragam bentuk yang indah, begitu besar. Misalnya kue dengan bentuk-bentuk figur kartun, manusia, juga aneka benda seperti mobil sport, tas, dan lainnya. Untuk membuatnya, tentu tak gampang. Bagaimana mengukir haisana kue, butuh ketelatenan dan keterampilan. Apalagi dengan bentuk dua atau tiga dimensi. "Dekorasi kue ini jadi seni kuliner yang indah. Itu sebabnya, sekarang CCS lebih fokus ke kursus dekorasi kue," lanjut Neni.
Awalnya, Monica hanya mengabarkan CCS lewat blog pribadinya, milis, dan jejaring pertemanan Face book. "Lewat mulut ke mulut juga cukup membantu dan banyak yang tahu CCS. Kursus CCS kian ramai. Bu Monica menyelenggarakan kursus mulai untuk kelas basic sampai yang lebih rumit. Ada kursus basic decorating with butter cream dengan biaya Rp 750 ribu, basic decorating with sugar paste biayanya Rp 1 juta. Selanjutnya, kursus decorating with sugar paste, cupcake decorating, figurine. Yang dimaksud figurine adalah membuat beragam figur, seperti karakter The Pooh, Disney, dan tokoh kartun lainnya."
Perkembangan kursus ini, imbuh Neni, makin bagus. Peserta tidak hanya datang dari Surabaya dan kota-kota sekitarnya. Ada peserta yang datang dari Jogja, Solo, Bali, bahkan Batam. Selama ini, Monica sendiri yang memberikan kursus. "Kelas reguler, pesertanya 3-6 orang. Memang tidak bisa terlalu banyak peserta. Kursus mulai pagi sampai jam 16.00. Tapi, banyak juga yang ingin privat."
Selain memberikan kursus, Monica juga masih menerima pesanan kue. Dengan aktivitas yang padat, "Bu Monica tidak bisa mengerjakan semua sendiri. Sekarang sudah ada karyawan yang membantu," tutur Neni seraya mengatakan CCS juga menyediakan berbagai alat untuk mendekor kue. "Soalnya banyak peserta kursus yang bertanya di mana tempat menjual alatnya. Makanya, sekalian saja CCS menyediakan. Sebagian alat masih diimpor. Tapi, CCS belum menyediakan bahan-bahan kue." Monica pun bangga banyak peserta kursus, kini sudah membuka usaha kue sendiri.
Edwin Yusman F / bersambung
KOMENTAR