Ide Ngopi 5 Sekawan
Keiko atau Kedai Kopi Espresso di Yogyakarta, berdiri pada 2004. Pemiliknya adalah "lima pendawa" alias lima pria yakni Roni, Ali, Citot, Teddie, dan Denny. Kelimanya dulu kuliah di Fakultas Ekonomi, Univeritas Islam Indonesia, Yogya. Kelimanya sama-sama penyuka kopi. Sebagai anak kos, nasib mereka saat itu hanya bisa ngopi di kamar kos.
Suatu malam, cerita Teddie Dian Patria (29), mereka berlima mengobrol tentang apa yang akan dilakukan setelah lulus. "Karena kami hobi ngopi, akhirnya terpikir bikin coffe shop sendiri."
Langkah selanjutnya, mengumpulkan modal. Per orang Rp 200 ribu. Uang yang terkumpul kemudian dibelikan kertas dan printer. "Maunya, sih, bikin proposal buat cari investor, tapi komputernya pinjam," tambah Teddie.
Sayangnya, dari ratusan teman yang diharapkan mau menjadi investor, hanya 6 orang yang percaya pada rencana kerja lima sekawan ini. Dengan modal Rp 80 juta, mereka mendirikan Keiko di kawasan Gejayan. Semua masih ditangani sendiri. Dalam tempo 5 bulan, Keiko berhasil balik modal. "Uang pinjaman kami kembalikan. Ada juga yang mau berinvestasi terus dengan kami," ujar Teddie.
Kini, Keiko memiliki tiga kafe di Yogya, dan cabang di Jakarta, Surabaya, Malang, Solo, Jambi, Purwokerta, hingga Palu. Dengan 10 outlet, Keiko memperkerjakan sekitar 200 karyawan. "Sungguh, saya dulu enggak punya impian bakal punya usaha sukses secepat ini," tutur Teddie.
Teddie pun bangga bisa mengembangkan kopi lokal. "Kopi lokal justru enak-enak. Cuma selama ini, kopi kita yang grade A justru diekspor. Kita dapat sisanya. Nah, di Keikolah kopi terbaik itu diolah."
Masih di Yogya, tepatnya di Jl. HOS. Cokroaminoto, ada Lecker Kopi & Resto yang juga punya semangat mengedepankan kopi Indonesia. Meski baru setahun berdiri, Lecker yang dalam bahasa Jerman berarti 'lezat' sudah punya banyak penggemar.
Menurut pemiliknya, Sulcha Prihasti, Lecker punya 23 macam kopi terbaik dari tiap daerah di Indonesia. Ia bisa dengan mudah mendapatkan kopi unggul itu, lantaran ia mantan direktur pemasaran sebuah bank daerah yang akrab dengan UKM. "Sudah ada jaringan, jadi saya tahu kopi mana saja yang paling enak di setiap daerah," kata penggemar kopi ini.
Sulcha menilai, kopi yang dijual coffee shop asing ternama di Indonesia, kualitasnya di bawah kopi terbaik Indonesia. "Di Eropa, justru kopi Indonesia lah yang banyak dicari. Cuma bangsa kita saja yang kurang menghargai kopi sendiri. Saya mengamati, kesannya bangga sekali ketika mereka masuk ke coffee shop (terkenal) asing itu," imbuh Sulcha.
Lecker punya penggemar orang asing dan sejumlah pendatang dari luar Yogya yang datang mengopi, untuk mengobati rasa rindu pada daerahnya.
Tarmizi / bersambung
KOMENTAR