Sekarang ini, siapa yang tak punya akun Facebook? Siapa pula yang tak kenal Mark Zuckerberg? Si pencipta jejaring sosial super populer, yang kini sudah menjelma jadi bilyuner termuda di dunia. Dalam film berjudul The Social Network (TSN), cerita tentang siapa Mark dan bagaimana awal terciptanya Facebook terangkum. Tak banyak yang tahu, kan, kalau ide membuat Facebook didapat Mark gara-gara patah hati?
Setelah dicampakkan oleh kekasihnya, Erica, Mark Zuckerberg yang saat itu mahasiswa Harvard University mendapat ilham menciptakan sebuah website yang bisa dipakai untuk mengukur seberapa menarik dan populer kah mahasiswi-mahasiswi Harvard. Sambil mabuk-mabukan karena patah hati, Mark meretas database daftar mahasiswi Harvard dan mengunggah foto-foto dan nama-nama para mahasiswi itu ke situs buatannya. Bersama sahabatnya, Eduardo Saverin, Mark menciptakan cikal bakal situs Facebook bernama FaceMash. Dalam situs yang hanya bisa diakses di dalam kampus Harvard ini, para mahasiswa pria bisa membandingkan dua mahasiswi dan memilih mana gadis yang lebih cantik.
Gara-gara situs 'kurang ajar' ini, Mark di-skors selama enam bulan, tak boleh mengikuti kegiatan perkuliahan. Ditambah lagi, kawanan gadis-gadis yang merasa dilecehkan Mark jadi membencinya. Namun, kepiawaian Mark menciptakan FaceMash menarik perhatian Cameron Winklevoss dan Tyler Winklevoss, duo kembar anggota klub mendayung Harvard, dan partner bisnis mereka, Divya Narendra. Rupanya mereka mereka tengah mencari seorang programmer untuk mengembangkan situs pertemanan bernama Harvard Connection.
Singkat cerita, Mark setuju untuk bergabung dengan tiga seniornya itu. Dari sinilah Facebook lahir. Sayang, di pertengahan jalan terjadi pertikaian tak terelakkan. Perpecahan empat sekawan ini berakhir dengan Cameron dan Tyler Winklevoss menuntut Mark ke pangadilan atas dasar pencurian ide. Mereka mengklaim, ide awal Facebook sebenarnya milik mereka. Di saat yang sama, Mark juga harus menghadapi tuntutan pengadilan dari Eduardo Saverin, seorang teman yang menjadi donatur terbesar Facebook sebelum situs ini tenar.
Meskipun bercerita tentang orang-orang yang benar-benar ada, namun TSN dibuat bukan berdasarkan kisah Mark yang sesungguhnya. Aaron Sorkin, penulis naskah TSN, mengadaptasi kisah ini dari buku otobiografi tentang Mark berjudul The Accidental Billionaires. Baik buku maupun film tentang pendiri Facebook itu tak melibatkan satu pun staf maupun pegawai Facebook, Inc. Mark sendiri tak tahu-menahu tentang proyek film dan buku ini. Saat skrip TSN bocor di internet, Mark bahkan mulai menyuarakan ketidaksukaannya pada film ini.
Kepada Kara Swisher, pembawa acara All Things Digital, Mark berkata, "Aku hanya berharap tidak ada yang membuat film tentangku selama aku masih hidup." Mark juga bicara blak-blakan di Oprah Winfrey Show, menyatakan bahwa adegan drama dan pesta pora yang mendominasi film ini adalah fiksi. Pria berambut kriwil ini juga menegaskan, ia bekerja keras saat menciptakan Facebook, lebih keras dari yang digambarkan di film TSN.
Dustin Moskovits, rekanan Mark dalam menciptakan Facebook menyebut TSN sebagai dramatisasi sejarah. "Sangat menarik melihat masa lalu kami ditulis ulang dan ditekankan pada hal-hal yang tak penting," ujarnya.
"Kehidupan kami versi film itu terlihat sangat glamor dengan pesta, mabuk-mabukan dan cewek-cewek cantik. Plot buku dan film ini jelas-jelas menyerang Zuckerberg. Tapi tidak masalah. Di akhir cerita, Mark tetap tampil sebagai si jenius dengan pemikiran fokus dan maju," tambahnya.
Walaupun menuai penolakan dari kubu Mark Zuckerberg dan mendapat kritik negatif dari para penulis kolom teknologi di berbagai surat kabar Amerika, demam TSN rupanya menyebar cepat. Mereka yang jatuh cinta pada situs Facebook dapat dipastikan tertarik ingin melihat film ini. Di berbagai situs film, TSN mendapat rating yang bagus. Beberapa menyebut TSN sebagai buah karya terbaik di era ini. Tak sedikit juga yang mengkampanyekan TSN sebagai kandidat film tahun ini.
KOMENTAR