Setelah malang melintang di bisnis pakaian, aku mulai melirik bisnis wisata dan kuliner. Aku memulainya dengan membuat All About Strawberry (AAS) tahun 2000 awal. Lokasi yang kupilih cukup jauh dari pusat kota Bandung, yaitu di Cihanjuang, Cimahi.
Meski jauh, tapi AAS sukses menarik pengunjung bahkan dari luar kota Bandung. Melihat orang jauh-jauh dari Jakarta datang, menjadi kepuasan tersendiri bagiku. Kuncinya hanya satu, konsep yang jelas. Momentum di mana strawberry dan sinetron Strawberry yang dibintangi Rachel Maryam sedang digemari, juga turut mendukung kesuksesan AAS.
Dimulai dari kesuksesan AAS, aku menciptakan Rumah Sosis, Kampung Baso, Risol-Risol, De Ranch (wisata kuda), Tahu Lembang, dan yang terbaru Taman Kupu-Kupu. Tak semuanya berhasil. Fantasia yang konsepnya rumah Barbie gagal karena banyak pengunjung Barbie yang lebih banyak disukai kalangan menengah atas. Makanya, hanya berhasil menyedot segelintir orang saja. Hanya dalam dua bulan, Fantasia langsung kututup.
Rumah Sosis, Kampung Baso, De Ranch, Risol-Risol, dan Tahu Lembang sukses menyedot hingga 2000-an pengunjung tiap akhir pekan. Padahal, yang kujual hanya konsep. Aku lalu menggandeng pedagang sosis, bakso, atau risoles untuk menyediakan 'jualan'nya. Aku hanya menyediakan tempat, konsep pemasaran, dan promosi. Jadi, saling menguntungkan, bukan?
Konsep yang jelas dan terarah, bisa menjadi alat promosi yang efektif bagi sebuah bisnis. Terbukti, baru berdiri, media massa berdatangan dengan sendirinya untuk meliput Rumah Sosis, dan yang lainnya. Padahal kalau dipikir-pikir, aku hanya menggunakan konsep 'semua serba..'.
Ketika Taman Kupu-Kupu baru didirikan, banyak sekali wartawan meliput. Dalam sehari, liputannya muncul di beberapa teve nasional. Berhubung aku dekat dengan wartawan, aku jadi paham kalau membuat sesuatu yang unik dan layak jadi berita, media akan datang dengan sendirinya.
Meski begitu, hubunganku dengan pemberitaan tak selalu baik. Pernah suatu kali media membuat pemberitaan miring mengenai dampak negatif FO dan usaha wisata yang makin menjamur. Katanya, FO menimbulkan macet dan sampah di kota Bandung. Aku, menanggapi dengan positif saja. Pemberitaan itu justru membuat usahaku makin besar.
Kesuksesanku di mata orang lain, membuatku banyak diundang menjadi pembicara seminar kewirausahaan atau menjadi juri di Wirausaha Muda Mandiri. Aku juga jadi giat di berbagai organisasi, baik yang berbasis bisnis maupun tidak. Kegiatan-kegiatan seperti ini seringkali memberi inspirasi.
Aku juga bergabung di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) untuk memberi pengarahan kepada usaha-usaha kecil dan menengah. Perjalanan ke daerah-daerah sering pula kujalani demi memberi mereka penyuluhan.
KOMENTAR