Nadine Chandrawinata Bisnis Resor Keluarga
Berawal dari hobi traveling, Nadine Chandrawinata bersama keluarga bahu-membahu membangun sebuah resort di Raja Ampat pada tahun 2012. Tiap orang memiliki tugas masing-masing untuk memajukan bisnis yang dinamakan Raja Ampat Dive Resort ini. Nadine bertanggung jawab pada promosi, Marcel dan Mischa didapuk sebagai staf marketing, sedangkan sang ayah memiliki porsi memantau lokasi.
Sudah ada lima bungalow tersedia, yang masing-masing cukup utuk empat orang. Konsep yang diusung adalah minimalis dan mengandalkan alam, namun tetap memiliki ketersediaan listrik serta air bersih. Agar menarik, ia membuat beberapa paket penginapan yang salah satunya termasuk kegiatan diving untuk menikmati keindahan alam bawah laut Raja Ampat.
Melalui bisnis penginapan miliknya beserta keluarga, Nadine berharap bisa memperkenalkan pariwisata Indonesia ke dunia. Terbukti, para wisatawan mancanegara mulai berdatangan dari Eropa, Asia, dan lainnya.
Sejak memulai bisnis penginapan dan wisata, wanita yang terpilih sebagai Duta Ekowisata Wakatobi ini sadar betul untuk menjaga kelestarian alam Indonesia dan memajukan penduduk lokal. Ia pun mengaku bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat. "Kami tetap menjaga lingkungan alam sekitar dengan tidak menebang pohon sembarangan, tidak memancing di sekitar resort, menembak ikan, dan lainnya. Semua peraturan ini kami berlakukan juga terhadap para wisatawan," ungkapnya. "Kami juga mempekerjakan penduduk setempat untuk menjadi karyawan resort kami," tambah mantan Puteri Indonesia 2005 ini.
Kendati masih terbilang "muda", bisnis resort Nadine ternyata telah mencapai BEP (Break Even Point, Red.) atau balik modal. Ke depan, ia akan fokus mengembangkan resort miliknya dan berusaha mengurangi penggunaan listrik. "Kami sedang mencari cara agar bisa mendapatkan listrik dari tenaga ombak atau matahari," tutupnya.
Sudah setahun setengah ini Tommy Kurniawan mendapat kepercayaan sebagai staf marketing official agency dari Al Azhar Memorial Park. "Jadi saya bukan pemilik yang membangun Al Azhar Memorial Park, tapi saya mendapat kepercayaan jadi bagian tim marketing mereka dengan menjadi official agency sendiri di bawah bendera perusahaan saya, PT Kurnia Abadi. Saya juga punya tim marketing sendiri," ungkap Tommy yang mengaku awalnya banyak mendapat pro dan kontra saat dirinya memasarkan lahan pemakaman itu. "Biasalah, ada yang menyambut baik, karena terpadu dan satu kawasan untuk satu kaum saja. Ada juga yang merasa, kok, seperti mendoakan atau sesuatu dengan konotasi yang mungkin tidak diharapkan. Tapi, kan, kita memang harus siap kapan saja untuk menghadap Sang Pencipta. Kalau bisa dipersiapkan, kenapa tidak? Saya anggap ini merupakan tantangan buat saya dan tim," bantahnya.
Dibantu beberapa teman yang bersedia menjadi tenaga marketing freelance, Tommy optimis, proyek pemakaman di kawasan Karawang Timur dengan luas tanah 25 hektar ini akan bisa diterima masyarakat. "Insya Allah optimis. Dalam tim marketing saya yang terdiri dari beberapa ustaz, kalangan akademisi, dan lain-lain, rasanya kami bisa menyosialisasikan dan memasarkan proyek ini dengan baik."
Dengan harga mulai Rp23 juta hingga Rp100 juta, pembeli akan mendapatkan sertifikat hak kepemilikan. Soal harga itu, kata Tommy, sangat relatif. Sebab kavling di Al Azhar sangat menarik untuk dijadikan investasi. "Bisa saja ambil beberapa unit, nanti berapa tahun kemudian bisa dijual lagi. Atau membeli untuk hadiah, misalnya untuk orangtua, mertua, kerabat, dan sahabat."
Harga di atas, tambahnya sudah termasuk perawatan makam setiap bulannya. Sehingga pihak keluarga tak akan direpotkan lagi dengan biaya perawatan makam bulanan seperti yang selama ini ada di TPU (Taman Pemakaman Umum). Menurut Tommy, pihak manajemen sudah menyisihkan anggaran perawatan dari harga tadi. "Jadi tidak merepotkan anggota keluarga yang ditinggalkan, karena sudah termasuk biaya perawatan makam per bulan, termasuk maintenance kebersihan dan perawatan rumput di sekitar makam. Jadi tak perlu khawatir, apakah makam terurus atau tidak. Anggota keluarga yang datang untuk berziarah juga bisa berdoa dengan nyaman."
Di tengah kesibukannya menjalani syuting sinetron dan jadi bintang iklan untuk banyak produk, diam-diam Samuel Zylgwin punya kesibukan lain yang cukup menguntungkan. Ternyata sudah 1,5 tahun belakangan ini Samuel tekun merintis bisnis alat berat. Bermula dari ajakan seorang sahabat, Mue, begitu ia biasa disapa, tertarik terjun ke bisnis penyediaan jasa sewa alat berat.
"Pangsa pasarnya ada, ya, lumayan juga, sekarang sudah break event point (balik modal). Soalnya bidang pertambangan, kan, banyak. Jadi untuk rental (sewa) juga peluangnya masih lebar. Ini termasuk 'tempat yang licin'," papar Mue saat ditemui di sela-sela kesibukan syuting.
Bersama sahabatnya, Depaf dan ayahnya, Mue lantas mendirikan PT Putra Sambas Pratama. "Mulanya, sih, kami sering nge-gym bareng, main motor gede bareng, lalu sama-sama punya visi dan misi untuk berbisnis. Begitu ada peluang, aku, Papa dan Depaf bikin usaha itu, tepatnya di Kendari, Sulawesi," imbuhnya.
Banyaknya perusahaan pertambangan di sekitar Sulawesi menjadikan bisnis rental alat berat menjadi sangat diperlukan. Menurut cerita Mue, ia menyediakan rental seperti dump truck 10 roda, escavator hingga grider. Saat ini perusahaannya sudah bisa menyediakan 45 buah dump truck, beberapa puluh escavator dan gridder.
Meskipun setiap harinya sibuk syuting sinetron, namun Mue masih bisa menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan mereka yang dipercaya mengawasi usahanya. Kendati lelah syuting seharian, katanya, memantau bisnis dari jauh justru menjadi hal yang menyegarkan. "Justru kalau sudah capek di lokasi syuting, begitu ngomong bisnis dan kontak dengan yang ada di perusahaan, rasanya seperti ada selingan, refreshing. Soalnya di sana sudah ada orang-orang yang kami percaya, seperti kepala mobil truk, kepala mekanik, kepala gudang. Usaha, kan, sudah berjalan. Paling aku, Papa dan Depaf memantau saja. Kalau sewaktu-waktu ada apa-apa, paling Papa atau Depaf dulu yang ke lokasi. Sementara aku, untuk sementara menunggu break syuting dulu, baru bisa ke sana."
Lalu, kapan Mue menengok perusahaannya? "Setiap ada waktu kosong, aku langsung ke sana. Terlebih kalau di sana sedang ada trouble, rasanya ingin cepat-cepat ke sana. Bagi aku, usaha ini cukup menantang. Makanya aku enjoy dengan bisnis ini. Ini tabungan masa depan."
JANE, ERNI
KOMENTAR