Untuk kasus kedua, yakni suami yang terkena PHK dan perlu menata kembali semangatnya, Anda jangan sampai menyalahkan. Pasalnya, tentu ia sangat membutuhkan dukungan Anda.
Sementara bila pasangan tergolong pria yang bersifat malas dan kekanakan, beda pula cara menanganinya.
Jangan Sampai Anda yang Terlalu Menuntut
Kata Nina, yang pertama harus dilakukan adalah mendorong baik secara langsung maupun tidak langsung. “Dalam artian, pasangan harus diberi semangat melalui ucapan dan tindakan. Jika ia masih mencari kerja, tanyakan dengan penuh perhatian, apa yang sudah ia lakukan hari ini, adakah lowongan pekerjaan yang menarik perhatiannya? Anda juga sambil mencarikan pekerjaan yang dianggap sesuai untuknya,” papar Nina.
Sementara jika ia sudah memiliki pekerjaan tapi Anda merasa pekerjaan itu tak menjanjikan, pertama berkaca dulu, apakah Anda terlalu menuntut suami? Jangan membandingkan penghasilan suami dengan suaminya teman, karena ini tandanya Anda egois. Teliti dahulu dari mana Anda menilai pekerjaan suami tak menjanjikan. Apakah dari gaji? Bila gaji suami memang tak bisa memenuhi kebutuhan primer Anda, Anda wajar khawatir.
BACA: Mau Tahu, Cara Agar Gaji Tak Cepat Habis?
Tapi bila gaji suami sebetulnya cukup untuk kebutuhan pokok, liburan di akhir pekan, menabung, serta masih bisa disisihkan untuk asuransi dan investasi, sementara Anda tak puas karena tak bisa membeli barang branded atau liburan ke luar negeri seperti yang dilakukan teman Anda, artinya Anda memperlakukan suami dengan tak adil.
Berkomunikasi pada Suami
Nah, bila memang gaji suami ternyata di bawah UMR, tak cukup menutupi kebutuhan keluarga Anda (bahkan setelah digabung dengan gaji Anda), atau tak sepadan antara beban dan jam kerja berbanding gaji yang didapatkan, berarti ini memang saatnya meminta suami pindah dan mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan.
Meski hati kesal, tapi jangan dilampiaskan begitu saja. Agar tak berujung pada konflik, Anda harus menjaga pilihan kata dan intonasi saat Anda hendak membantunya. “Disadari atau tidak, banyak pria yang lebih sensitif. Jika nada bicara salah, bisa-bisa pasangan merasa diserang. Jika sudah demikian, ia bisa-bisa menjadi pelaku komunikasi yang buruk,” terang Nina.
Sikap yang menuntut, ujar Nina, justru akan mengakibatkan lawan bicara menjadi defensif.
BACA: Istri Sukses Suami Stres? Ini Cara Berbagi Pos Keuangan Agar Suami Merasa Dihargai
“Defensif ini bisa diwujudkan melalui dua cara, yaitu withdraw atau offend,” terangnya. Pada tipe defensif withdraw alias menarik diri, pasangan akan menjadi malas menanggapi, malas berbicara, atau lebih parah merasa malas saat harus pulang ke rumah.
“Sementara yang ofensif, bisa diwujudkan melalui sikap marah-marah, banting barang, bahkan hingga kekerasan pada pasangannya,” tambah Nina.
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR