Apakah anak Anda sering rewel karena perut kembung, diare, atau konstipasi? Perlu diketahui bahwa sistem saluran pencernaan si kecil membutuhkan waktu untuk berkembang menjadi matang dan berkerja secara optimal.
Selama perkembangannya ini, memang ada beberapa gangguan pencernaan yang sering terjadi pada balita. Riset yang diadakan Mead Johnson & Company mengenai “Understand the habits and practice of mothers towards growing up milk” kepada 701 ibu di Jabodetabek yang memiliki anak usia balita menunjukkan, 92 persen ibu mengakui bahwa anaknya yang berusia lebih dari 1 tahun pernah mengalami gangguan pencernaan.
Meskipun sering terjadi, bukan berarti gangguan pencernaan pada anak ini bisa diabaikan. Pasalnya bila telat penanganan, bisa membuat tumbuh kembang anak kurang optimal karena proses penyerapan nutrisinya terganggu.
Berikut 5 masalah pencernaan penyebab balita rewel yang mungkin sering Anda alami dan cara mengatasinya:
1. Kolik
Para ahli menyebutkan bahwa kolik, terkait dengan sistem pencernaan si kecil. Gejala kolik pada anak memang membingungkan. Biasanya, ketika anak rewel lantas sang ibu menyimpulkan buah hatinya mengalami kolik. Faktanya, tak selalu demikian.
Coba jawab tiga pertanyaan ini untuk memastikan apakah anak mengalami kolik atau tidak: Apakah anak menangis hingga lebih dari tiga jam? Apakah tangisan tersebut terjadi lebih dari tiga hari per minggu? Atau justru sudah berlangsung selama tiga minggu?
Bila tiga pertanyaan tersebut memang terjadi pada anak, besar kemungkinan ia mengalami kolik.
Anda bisa membantu meredakan kolik anak dengan memastikan ia berada di suhu yang nyaman, memberi makan dengan teratur, sendawakan Si Kecil, lalu usap punggungnya dan gendong Si Kecil sambil berjalan agar anak lebih tenang.
2. Gumoh
Ketika anak gumoh, seringkali orangtua khawatir. Apakah ia akan menyerap nutrisi yang cukup? Terlebih bila anak sering gumoh.
Sebenarnya, gumoh terjadi pada 50 persen anak. Tapi jika kebiasaan gumoh ini sudah mengganggu, konsultasikan kepada dokter anak untuk mencari penyebab dan solusinya.
Selain itu, Anda juga bisa memberi anak makan sedikit tapi sering untuk mencegah gumoh. Posisi saat makan pun harus diperhatikan. Sebaiknya anak dalam posisi tegak hingga 30 menit saat anak selesai makan.
3. Perut Kembung
Si kecil akan memiliki gas di dalam perutnya. Beberapa ahli percaya bahwa jumlah gas berlebih di dalam saluran cerna si kecil disebabkan sistem pencernaannya masih berkembang dan kemampuan makannya yang masih terbentuk.
Namun pada beberapa anak, keberadaan gas dalam perut ini membuat ia tidak nyaman dan rewel. Untuk menghilangkannya, Anda bisa mencoba menidurkan anak di pangkuan dengan posisi telungkup dan tepuk lembut punggungnya.
Coba juga gunakan handuk hangat di atas perut atau posisikan anak tegak lurus selama 20 – 30 menit setelah makan.
4. Konstipasi
Otot perut anak balita masih lemah, maka sangat wajar bila Anda melihatnya mengejan saat buang air besar (BAB). Mengejan tidak menunjukan tanda ada hal yang tidak wajar dan tak selalu berarti konstipasi.
Gejala konstipasi pada anak adalah menangis dan kesulitan saat buang air besar, fesesnya keras dan membentuk seperti peluru, serta ia cenderung menekuk punggung atau menekan pantat saat akan BAB.
Pola makan anak yang berubah dipercaya menjadi salah satu penyebab konstipasi. Selain itu, adanya perubahan rutinitas, perubahan cuaca, dan obat-obatan tertentu menjadi penyebab konstipasi.
Untuk membantu melancarkan pencernaannya, Anda bisa menjaga agar anak tetap aktif bergerak atau membantu menekan lututnya kea rah perut agar BAB-nya lebih mudah.
5. Diare
Diare pada anak bisa disebabkan oleh virus atau makanan. Jika diare yang dialami si kecil disebabkan oleh masalah makanan, Anda harus mulai mencatat semua yang dikonsumsi anak agar dokter anak dapat mengetahui penyebab dari reaksi tersebut.
Untuk mengetahui kesehatan saluran cerna anak, Anda bisa mulai memperhatikan asupan makanan dan kebiasaannya buang air besar. Atau untuk cara mudah, bisa dengan mengikuti kuis kesehatan pencernaan anak.
Keluhan pencernaan anak harus segera diatasi agar penyerapan nutrisi yang diperlukan untuk aktivitas dan proses belajarnya menjadi optimal.
Pada fase ini pula, anak membutuhkan nutrisi tepat untuk tubuhnya yang masih peka. Enfagrow A+ Gentle Care untuk anak usia 1-3 tahun mengandung protein halus yang mudah dicerna untuk perut si kecil yang masih peka. Enfagrow A+ Gentle Care, yaitu hanya 50% dibandingkan dengan susu formula biasa sehingga kebutuhan laktosa anak tercukupi.
Saat mengawal pertumbuhan anak, kita memang membutuhkan banyak informasi yang akurat dan mudah dijangkau. Salah satunya, Anda bisa berkonsultasi dan mencari informasi lengkap seputar pencernaan anak di Enfa A+ Digestion Center.
KOMENTAR