Lelaki ini mengalami patah tulang belakang karena tertimpa beton rumah saat menyelamatkan istri dan bayi laki-laki bernama Ali (4 bulan). Ia bahkan sempat melihat Umar (2,5), anaknya yang lain terimpit reruntuhan.
"Tak berdaya saya bangun dan saya selamatkan bayi dan istri saya, tapi secepat itu anak saya Umar tertimpa runtuhan. Hingga saya mendapat kabar ia (Umar) sudah meninggal. Wajahnya berdarah," kisah Nurdin dengan linangan air mata.
Saat ditemui di RSUD Tgk Chik Di Tiro Sigli kemarin, Nurdin terlihat masih lemah dengan tangan diinfus. Ia tengah menunggu dirontgen dan operasi.
Sedangkan istrinya, Sarmela (34) mengalami luka robek dan lecet memilih pulang ke Trienggadeng untuk menguburkan anaknya Umar. Menurut penuturan Nurdin, saat gempa terjadi ia terbangun dan merasakan hentakan bangunan dahsyat.
Anaknya, Umar tidur di kasus bawah dekat ranjang. Seketika itu, dinding beton rumahnya bergoncang hebat. Ia bergegas mengangkat bayi dan menahan runtuhan. Dalam kondisi serba panik itu, Nurdin tak melihat Umar tertimpa reruntuhan.
Sementara pinggang dan tangannya juga tertimpa beton saat menyelamatkan bayinya. Ia tak kuasa bangkit menggendong Umar.
"Saya sedih tidak bisa melihat pemakaman anak saya," ujarnya tersedu seraya menahan sakit.
Serambi Indonesia
KOMENTAR