Sama seperti awal kali adanya rombong kejujuran di Sidayu, sekitar tiga minggu yang lalu, rombong kejujuran yang lain juga sempat ada di Jawa Barat. Konsepnya sama, tetapi makanan yang dijual berbeda.
Wiwik Rahayu, pemilik rombong kejujuran, itu mengatakan bahwa semua itu dilakukannya karena ia tidak punya cukup waktu untuk menunggu dagangan.
"Awal saya buat rombong kejujuran ini murni karena saya terbentur dengan waktu dalam menjaganya. Sementara saya juga butuh pemasukan tambahan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga," kata Wiwik, Rabu (21/12/2016).
Wiwik sudah dua tahun menjalani usaha jualan bonggolan sebagai bahan kerupuk dari bahan ikan segar. Ia menjualnya dengan cara menitipkan bonggolan di beberapa warung dan toko di sekitar Kecamatan Sidayu. Namun, banyak toko dan warung yang menolak titip jual itu karena sudah dipasok oleh produsen lain.
Ia sendiri tidak punya cukup waktu untuk berjualan seharian karena harus menunggui empat anaknya dan mengurus rumah tangga. Adapun sang suaminya, Muhammad Khoirudin, berprofesi sebagai guru sekolah dasar (SD). Akhirnya Khoirudin mengusulkan untuk membuat rombong kejujuran tersebut.
"Saya sepakat, karena dengan ini kami mendapat tambahan pemasukan dan tugas saya sebagai ibu juga tetap dalam proporsinya," kata Wiwik.
Dalam tiga minggu berjalan, Wiwik menyatakan, omzet dagangannya masih sesuai dengan barang yang laku dijual. Tidak ada selisih antara barang yang laku dan pemasukan yang didapatkan.
"Semoga saja, kejujuran seperti ini akan dapat terus berlangsung," kata dia.
Wiwik mengaku, setiap hari ia menyediakan sedikitnya 40 bonggolan di rombongnya. Selain bonggolan, ia juga menjual krupuk jadi yang dikemas dalam plastik dengan harga masing-masing Rp 5.000.
Hamzah Arfah / Kompas.com
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR