"Untuk pembuatan tempe berukuran besar ini disiapkan kedelai lokal sekitar 2 ton. Pembuatan tempe juga didukung Dinas Pertanian Grobogan dan berbagai pihak lainnya. Tempe kita pamerkan, sebagian diolah, sebagian dibagikan untuk pengunjung," kata Kabag Perekonomian Setda Kabupaten Grobogan, Pradana Setyawan.
Usai penyerahan penghargaan, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi lokasi pembuatan tempe raksasa yang ditempatkan di ruang rapat paripurna II DPRD Kabupaten Grobogan.
Bupati Grobogan, Sri Sumarni, menyatakan, pembuatan tempe sengaja dipilih dengan bahan baku kedelai lokal yang saat ini terus saja dikembangkan oleh Pemkab Grobogan.
Kedelai lokal yang asli tumbuh subur di bumi Grobogan, tentunya bukan GMO (Genetically Modified Organisms).
GMO adalah kedelai yang telah ditingkatkan kemampuan genetisnya melalui rekayasa genetis.
Penggunaan bahan kedelai lokal ini salah satu tujuannya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.
"Langkah ini untuk membuktikan bahwa kualitas varietas kedelai petani Grobogan memang jempolan. Dengan kata lain kedelai Grobogan non GMO yang sehat dikonsumsi. Untuk lahan kedelai kami siap bekerjasama dengan Perhutani dari lahan seluas 20.000 hektar menjadi 100.000 hektar," kata Sri Sumarni.
Baca juga: Tampil Nyentrik untuk Fashion Street, Bisa Tiru Gaya Model Korea Selatan Ini
Sumardjo Gatot Irianto mengapresiasi langkah Pemkab Grobogan yang terus mengembangkan varietas kedelai non-GMO.
Sumardjo berharap pengembangan kedelai unggulan alami ini juga diwujudkan oleh daerah lain.
"Saya harap kedelai non-GMO bisa disajikan saat rapat instansi maupun pelayanan konsumsi di rumah sakit milik daerah. Grobogan diharapkan mampu menyediakan lahan seluas 100 ribu hektar? untuk kedelai dan Jateng seluas 1 juta hektar lahan kedelai," pungkasnya.(*)
Puthut Dwi Putranto Nugroho/Kompas.com
Penulis | : | Nova |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR