NOVA.id - Menjadi anak sulung seringkali dianggap menguntungkan karena memiliki banyak "power" untuk menyuruh adik-adiknya dan membantu dirinya.
Tak hanya itu saja, menjadi anak sulung seringkali menjadi yang paling dihormati di antara anggota keluarga lainnya selain orang tua. Ini karena dianggap yang paling tua dari saudara kandungnya.
Sehingga, beragam ucapan mereka pun menjadi tak ada yang mau menampik atau ditanggapi lebih jauh lagi oleh para saudara kandungnya.
Meski anak sulung biasanya terkesan mandiri dan lebih ‘dewasa’ ketimbang anak seusianya, namun ternyata mereka juga rentan stres. Benarkah?
Baca Juga : Garang saat Wawancara, Suami Najwa Shihab Bongkar Sifat Asli Istrinya di Rumah Hingga di Ranjang
Menurut Sukma Noor Akbar, M. Psi, Psikolog, Ketua Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, beberapa penelitian psikologi menjelaskan bahwa urutan kelahiran berpengaruh terhadap kepribadian, perilaku dan cara belajar individu.
Pengaruh tersebut diakibatkan adanya interaksi akibat situasi psikologis yang berbeda pada urutan kelahiran anak.
Hal tersebut juga turut diperkuat oleh budaya kita tentang keyakinan orangtua tentang perbedaan antara anak sulung, anak tengah, maupun anak bungsu sehingga terdapat pemberian pola asuh yang berbeda pula dari orangtua.
Baca Juga : Menyesal Belum Menuruti, Mantu Lidya Kandou Ungkap Permintaan Ayahnya Sebelum Meninggal
Nah, dari kebiasaan turun-temurun itu, ada pembiasaan-pembiasaan pada anak dari sikap orangtua yang keliru.
Misal, orangtua memiliki harapan atau tuntutan yang tinggi terhadap anak sulung.
Orangtua menuntut si sulung agar berprestasi.
Di sisi lain, anak sulung ini berusaha memenuhi dan mematuhi harapan orangtua sehingga membuat beban tersendiri baginya.
Baca Juga : Terjerat Cinta Hilda Vitria, Almarhum Olga Syahputra Pernah Peringatkan Hal Ini pada Billy Sewaktu Hidup!
Ahli Psikologi Alfred Adler banyak menjelaskan keterkaitan urutan kelahiran dengan kepribadian individu serta kedudukan dalam keluarga sangat memengaruhi bagaimana menghadapi permasalahan di masyarakat.
Menurutnya, sebagian besar perkembangan anak tergantung pada interaksi dengan saudara-saudaranya, disamping faktor hereditas dan lingkungan lainnya.
Dalam posisi urutan kelahiran, anak memiliki tanggungjawab dan konsekuensi yang berbeda, selain disebabkan juga oleh budaya dan sikap orangtua.
Anak sulung lebih berorientasi dewasa, suka menolong, dapat menyesuaikan diri, mudah cemas dan dapat mengendalikan diri dibandingkan saudara-saudaranya yang lahir kemudian.
Baca Juga : Foto Pernikahan Indro Warkop Beredar, Netizen Sebut Ini Cinta Sejati!
Orangtua memberi lebih banyak perhatian kepada anak sulung.
Tetapi beberapa tekanan yang sama dikenakan kepada anak sulung daripada adik-adiknya untuk berprestasi tinggi.
Ia juga memiliki rasa bersalah yang tinggi, cemas, dan sulit mengatasi situasi yang tidak menyenangkan.
Baca Juga : Tak Lagi Eksis di TV, Kadek Devi Tampil Memukau Dampingi Suami Saat Reuni Akademi Kepolisian
Selain itu, si sulung adalah anak yang sangat diharapkan menjadi pengganti orangtua bagi adik-adiknya.
Ia dibentuk menjadi orang yang cepat dewasa dan mandiri agar dapat menjadi contoh bagi adik-adiknya.
Hal ini membuat anak sulung menjadi individu yang optimis, tetapi juga sangat realistis, memiliki target tinggi, memiliki tanggung jawab serta kepercayaan yang tinggi diberikan orangtuanya.
Baca Juga : Sempat Syok Kaki Tinggal Satu, Atlet Voli Nina Gusmita Ungkap Kisahnya yang Memilukan
Dorongan berprestasi yang tinggi muncul karena ia diharapkan menjadi contoh bagi adik-adiknya.
Bagaimana Sahabat NOVA? Sependapat dengan uraian para pakar tersebut?(*)
(Hilman Hilmansyah)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR