Selain itu, bahayanya, bisa jadi memengaruhi kualitas kerja dan karier kita.
“Kalau emosi bisa mengganggu konsentrasi, ya. Jadi susah fokus sehingga tugas kantor mungkin bisa selesai tetapi tidak dengan kualitas yang diharapkan. Sedangkan pekerjaan, kan, biasanya harus memuaskan atasan. Kalau atasan atau pengguna jasa kita tidak puas, bisa-bisa enggak diterima kerjaannya sama pengguna jasa dan harus diulang. Nah, kalau terus-terus terjadi mungkin bisa memicu atasan kesal, evaluasi kerjanya bisa enggak bagus, dan berimbas kepada penurunan gaji atau pangkat,” ungkap Tiwin.
Menurut Tiwin, ketidakterampilan mengelola emosi juga dapat mengganggu keadaan mental.
Baca Juga : Tak Hanya Inggris, 5 Pernikahan Kerajaan Ini Tak Kalah Menarik!
Dalam arti bisa jadi emosi terus-menerus, tertekan, burn out, bahkan berpeluang depresi.
Perlu diingat bahwa untuk membuat mood yang berbeda di luar situasi pribadi kita yang sedang lelah atau sakit, ya—kita memerlukan juga stimulus lain.
“Nah, jika mood tidak segera berubah, harus ada stimulus lain yang menggantikan. Maka harus cepat dialihkan ke arah yang positif,” ujar Tiwin
Baca Juga : Bolehkah Kamar Mandi Ada di Dalam Kamar Tidur? Ini Kata Ahlinya
Jadi, jika sedang bad mood di tempat kerja, coba alihkan perhatian kita kepada hal lain yang lebih positif.
Cari hal-hal yang menyenangkan, misalnya, makan camilan atau cokelat, rehat sebentar untuk melihat taman atau pemandangan di luar kantor, dandan, memakai kuteks, melihat foto idola, atau olahraga ringan untuk meregangkan otot.(*)
(Maria Ermilinda Hayon)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR