TabloidNova.com - Seorang anak yang mampu memetakan potensi unggulnya, 90 persen akan berhasil mewujudkan mimpi dan cita-citanya di masa mendatang, demikian menurut pengamat parenting yang akrab disapa Ayah Edy.
Akan tetapi, ada pula anak-anak yang ternyata tidak dapat mewujudkan mimpi dan cita-citanya. Ternyata, menurut Ayah Edy, orangtua adalah faktor utama penyebab anak gagal meraih mimpi dan cita-citanya.
"Kegagalan anak dalam meraih mimpi dan cita-cita biasanya justru berpusat pada orangtua. Sebabnya, kebanyakan orangtua masih berpikir konservatif bahwa sekolah formal adalah nomor satu dan menjadi satu-satunya cara untuk meraih sukses, sesuai kaca mata orangtuanya," jelas Edy.
Edy lantas berbagi pengalaman. Suatu kali ia pernah didatangi pasangan ayah dan ibu yang secara karier sangat sukses. Bahkan pasangan ini pun di masa mudanya sama-sama lulusan universitas dari luar negeri. Tak heran bila pasangan ini mengharapkan memiliki anak sesukses diri mereka.
"Sayangnya, anak perempuan mereka tidak suka pelajaran sekolah. Meskipun si anak ini disekolahkan di salah satu SMP berkurikulum internasional ternama di Indonesia, namun tetap saja tidak akan maksimal jika dia tak berminat pada satu pun mata pelajaran yang diajarkan gurunya di sekolah," kata Edy.
Akibatnya, kisah Edy, anak ini nyaris setiap ujian sekolah selalu mengalami ujian pengulangan alias remidial, hanya sekadar untuk mendapatkan nilai baik yang menjadi standar sekolah dan demi kepuasan orangtuanya. "Kasihan sekali anak ini. Saat saya temui, wajahnya selalu murung dan tidak bersemangat. Di sisi lain, orangtuanya juga stres karena mengira anak mereka bodoh," paparnya.
Menurut Edy, tidak ada anak yang bodoh, apalagi anak Indonesia. "Lantaran orangtuanya tak tahu potensi unggul dari anaknya, maka anak ini dianggap bodoh dan tak tahu apa-apa. Padahal, anak ini sangat gemar menari. Setelah saya bimbing dan mengajak serta orangtuanya untuk memetakan potensi unggul si anak, hasilnya sekarang di usia 19 tahun anak ini sudah menjadi koreografer tari di New York, AS."
(BERSAMBUNG)
Intan Y. Septiani
KOMENTAR