TabloidNova.com - Dalam diri seorang anak, kata pengamat parenting yang akrab disapa Ayah Edy, tidak ada yang namanya kekurangan atau kejelekan.
"Semua yang ada pada diri anak adalah kelebihan dan kebaikan. Semua itu adalah modal dasar untuk masa depan sang anak. Semua itu adalah 'peta' sang anak," tutur Edy seraya menambahkan, "Peta anak ini merupakan perilaku atau sifat-sifat dasar anak."
Setelah mengetahui sifat dasar anak, kata Edy, seiring waktu anak akan mulai memperlihatkan kecenderungan minatnya. Kendati di usia balita masih belum fokus, namun ada baiknya orangtua sesekali bertanya apa yang menjadi mimpi dan cita-cita anaknya.
Untuk itu, Edy menyarankan, orangtua idealnya memetakan potensi unggul anak demi cita-cita dan mimpi besarnya.
"Saya punya pengalaman, tetangga saya anak lelaki masih SMA kelas 1, tiba-tiba mogok sekolah. Orangtuanya jelas panik, lalu minta bantuan saya. Setelah saya temui anaknya, saya tanya apa alasan dia berhenti sekolah," papar Ayah Edy, dalam sebuah talkshow "Perencanaan Pendidikan Anak" di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ternyata, kata Edy, anak itu sama sekali tak tertarik dengan semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. "Saya bilang, enggak apa-apa berhenti sekolah, tapi kamu harus mewujudkan mimpi besar kamu. Saat saya tanya apa minat terbesarnya, dia bilang ingin main band. Ya, silakan, main band yang benar dan fokus."
Namun ternyata, lanjut Edy, anak ini main band hanya sekadar ikut-ikutan teman sebayanya. Akhirnya, ia pun berhenti main band. "Lalu saya tanya lagi, apa sebenarnya yang paling ia sukai dalam hidup ini. Ternyata dia sangat suka menyelam dan dunia laut. Nah, akhirnya diketahui apa yang jadi potensi unggul si anak ini."
"Selanjutnya, buatlah rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk mewujudkan cita-cita si anak. Di antaranya, menentukan sekolah yang pas untuk si anak. Apakah di dalam negeri atau di luar negeri, itu perlu dipetakan."
Lantas, apa saja yang perlu dipersiapkan untuk mewujudkan mimpinya? "Apakah ada tuntutan untuk menguasai bahasa atau alat tertentu, pasti harus melalui kursus. Dan jika ingin memasuki universitas tertentu yang membutuhkan ijazah SMA, sementara si anak sudah keburu berhenti sekolah, mau tak mau harus mengejar ketinggalannya. Entah lewat ujian persamaan atau home schooling," kata Edy sambil berkata, anak yang ia bimbing ini berhasil meneruskan kuliah di bidang terumbu karang di Jepang, sesuai dengan cita-citanya.
Biasanya, kata Edy, ketika orangtua mampu memetakan potensi unggul sang anak, 90 persen anak akan berhasil mewujudkan mimpi dan cita-citanya. "Kegagalan anak biasanya justru berpusat pada orangtua. Karena kebanyakan orangtua masih berpikir konservatif bahwa sekolah formal adalah nomor satu dan menjadi satu-satunya cara untuk meraih sukses, sesuai kaca mata orangtuanya," pungkasnya.
Intan Y. Septiani
KOMENTAR