Telah banyak penelitian yang menemukan antara kaitan daging merah dengan risiko kanker. World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia pun menempatkan daging merah yang diproses, seperti sosis dan bacon, ke dalam daftar makanan yang bersifat karsinogen.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo menuturkan, konsumsi daging merah yang berlebihan dalam waktu lama memang dikhawatirkan bisa memicu kanker. Terutama, daging merah yang dimasak terlalu matang atau sampai gosong, baik karena dibakar atau digoreng.
"Jadi bukan soal dibakar pakai areng. Akibat dipanasi terlalu lama, zat pada daging berubah jadi zat yang bersifat karsinogenik." kata Aru di sela-sela program edukasi Garuda Indonesia Peduli Kanker Serviks dan HIV/AIDS di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Rabu (10/11/2016).
Baca: 5 Cara Sederhana Mencegah Munculnya Sel Kanker di Tubuh
Dalam penelitian di Amerika Serikat, daging merah dikatakan bisa memicu terbentuknya sel kanker karena mengandung molekul Neu5Gc. Molekul tersebut banyak ditemukan di daging sapi, babi dan domba.
Konsumsi dalam jumlah berlebihan bisa menyebabkan peradangan dalam tubuh. Dalam jangka panjang, dapat membentuk sel-sel abnormal di tubuh. Namun, penelitian mengenai daging merah maupun daging merah olahan sebagai salah satu pemicu kanker pun masih terus dilakukan.
Menurut Aru, bukan berarti tidak boleh konsumsi daging merah. Yang terpenting, jangan makan daging merah yang terlalu matang atau gosong dalam jumlah berlebihan.
Baca: Waspada! Makanan yang Dibakar Tingkatkan Risiko Kanker
Hal senada dikatakan dokter kanker anak Anky Tri Rini KE. Namun, daging merah juga bukan satu-satunya makanan yang memicu kanker. Menurut Anky, hindari juga makanan berpengawet dan menggunakan pewarna buatan.
Selain itu, hindari konsumsi makanan atau minuman panas menggunakan plastik melanin. Plastik bisa bereaksi dengan panas menjadi zat kimia yang membahayakan tubuh.
Jangan lupa, masih banyak faktor lain yang bisa membentuk sel kanker, seperti merokok, kegemukan, jarang olahraga, hingga genetik.
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR