NOVA.id – Untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius dengan pasangan, tentu akan ada banyak hal yang perlu kita sepakati bersama.
Menurut Johanes Papu, Msi, psikolog, idealnya pasangan suami-istri menentukan komitmen atau kesepakatan-kesepakatan sebelum mereka menikah.
Inilah beberapa komitmen yang perlu kita sepakati bersama pasangan sebelum menikah.
Baca Juga : Mudah dan Aman, Ini Langkah Tepat Turunkan Badan dengan Cepat!
- Siapa bendaharanya?
Dalam menentukan siapa yang berwenang memegang kendali keuangan, yang penting adalah transparansi antara kita dan pasangan.
Kedua belah pihak sama-sama tahu pengahasilan masing-masing dan yang terpenting bagaimana memaksimalkan dan mengatur uang tersebut.
"Masalah siapa yang memegang uang, bukan hal utama. Walaupun teknisnya mungkin yang punya banyak kesempatan untuk akses ke bank misalnya, yang pegang uang. Flesibel saja. Apalagi sekarang ada joint account atau tabungan bersama di mana suami-istri bisa sama-sama memantau," ujar Johanes.
Baca Juga : Bercinta Tak Lagi Nikmat karena Vaginismus, Yuk Kenali Kondisinya!
Jadi, harus pintar-pintar mengatur supaya satu sama lain tidak begitu tergantung.
Sangat perlu bikin anggaran keuangan bulanan yang jelas, mulai dari biaya listrik, telepon, air, makan, pendidikan anak, kesehatan, rekreasi, tabungan, dan hal lain yang tak terduga.
Besar pasak daripada tiang, mungkin terjadi.
Yang penting, bagaimana kita memanage pendapatan supaya bisa cukup.
Baca Juga : Berbalut Kebaya Merah dan Lipstik Cetar, Anggunnya Ibunda Gading Marten Bak Perempuan Keraton!
- Tinggal di mana?
Tak jarang, lantaran belum punya tempat tinggal sendiri, pasangan suami-istri masih tinggal di rumah orang tua atau mertua.
Selain itu, dalam kultur masyarakat Indonesia, kadang orang tua tak ingin anaknya meninggalkan rumah.
Menurut Johanes, idealnya dalam satu rumah ada satu keluarga dengan satu kepala keluarga.
Baca Juga : Gara-Gara Ini Mulan Jameela Disorot Warganet, Senggol Maia Estianty?
Jika satu rumah ada lebih dari satu kepala keluarga, sudah tidak sehat.
Jika tinggal di rumah sendiri, kita dan pasangan punya kemandirian untuk mengatur rumah tangga, mulai dari mengatur keuangan, tata letak rumah, hingga kondisi rumah.
Kita juga memiliki kebebasan secara individual.
Baca Juga : Gigitan Nyamuk pada Buah Hati Bisa Menimbulkan Penyakit Berbahaya!
- Berani berkata tidak
Dalam kultur Indonesia, campur tangan orang tua dalam kehidupan rumah tangga anak masih tinggi sekali.
Dalam hal ini, sejauh mana peran orang tua terhadap pasangan.
Hal ini harus dikenali dalam masa pacaran. Jangan sampai setelah menikah pasangan tak bisa lepas dari orangtua, dalam arti "anak mami" atau "anak papi".
Contohnya, beli mobil saja pasangan harus bertanya ke orang tua, sedangkan kita malah tak dimintai pendapat.
"Pasangan akan merasa tak dihargai. Padahal, dalam pernikahan, pasangan adalah orang yang dimintai saran, bukan orang lain. Banyak pasangan terjebak dalam hal ini.”
Baca Juga : Ditanya Soal Rumah Mewahnya yang Berhantu, Sule: Ada, Senyumin Aja
- Batasi "hobi"
Suka nongkrong bareng teman sepulang kantor?
Nah, setelah menikah, sebaiknya batasi frekuensi acara nongkrong bareng teman.
Intinya, hindari melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tidak mendukung kehidupan suami-istri.
Baca Juga : Kecewa Anaknya Dihina, Jeritan Hati Ussy Sulistiawaty: Ya Allah Balaskan Sakit Hatiku
- Alokasi keuangan
Beli mobil atau furnitur?
Keputusan membeli mobil, misalnya, untuk suami-istri yang kondisi keuangannya pas-pasan, harus dibicarakan benar-benar.
Jangan sampai salah satu pihak nantinya tidak puas.
Intinya, modal atau harta yang merupakan hasil kerja bersama, harus disepakati bersama.
Hal ini juga berlaku untuk harta yang merupakan hasil keringat sebelum menikah.
Baca Juga : Seberapa Penting Konsumsi Suplemen Antioksidan? Ini Dia Penjelasannya
- Punya anak atau tidak?
Hal ini mesti dibahas sebelum menikah.
Jangan sampai setelah menikah kita ingin punya anak, sedangkan pasangan tidak.
Jika memang ingin punya anak, sebaiknya pasangan suami-istri melakukan tes kesehatan pra nikah.
Baca Juga : Usai 2,5 Bulan Bercerai, Sule Sesalkan Sikap Lina yang Satu Ini
- Istri bekerja atau jadi ibu rumah tangga?
Hal ini berhubungan dengan kondisi ekonomi.
Jika sebelum menikah kita dan pasangan sudah bekerja dan setelah menikah suami tetap menginginkan kita bekerja, tentu perlu pintar-pintar membagi waktu antara pekerjaan dan rumah tangga.
Apalagi jika nantinya sudah punya anak.
Kendati demikian, mengurus rumah tangga dan anak tidak dibebankan 100 persen pada istri.
Idealnya, rumah tangga dan anak bisa dikerjaan berdua. Fleksibel. (*)