Pengidap Kanker Payudara dan Kanker Paru-Paru Tak Perlu Kemoterapi, Ini yang Harus Diperhatikan

By Alsabrina, Kamis, 6 Desember 2018 | 23:00 WIB
Kanker payudara dan kanker paru-paru (PRImageFactory)

NOVA.id – Dua penelitian besar yang dirilis Minggu (3/6/2018) mengungkap pengidap kanker payudara dan paru-paru tak perlu melakukan kemoterapi untuk bertahan hidup.

Kabar baik ini disampaikan saat pertemuan kanker tahunan, American Society of Clinical Oncology (ASCO) di Chicago.

Kemoterapi adalah salah satu pengobatan kanker lewat obat-obatan yang berfungsi melawan serta menghancurkan pertumbuhan kanker.

Kemoterapi diberikan dengan cara oral atau melalui aliran darah, seperti suntikan atau infus.

Baca Juga : Mantan Istri Tak Ada Kabar Setelah Cerai, Sule: Wajar Jika Anak-Anak Juga Lupa

Meski mampu menghentikan pertumbuhan dan perkembangan sel kanker dalam tubuh, kemoterapi tak jarang menimbulkan efek samping beracun yang bisa mengakibatkan kematian.

Lewat tes genetika, studi pertama menemukan mayoritas wanita yang mengidap kanker payudara dapat melewatkan sesi kemoterapi dan efek sampingnya yang beracun.

Sampai saat ini, banyak wanita ragu untuk melakukan kemoterapi setelah didiagnosis mengidap kanker payudara HER2-negatif yang masih di tahap awal dan belum menyebar ke kelenjar getah bening.

"Kami menemukan sekitar 70 persen pasien kanker payudara tidak perlu melakukan kemoterapi," kata rekan penulis Kathy Albain, seorang ahli onkologi dari Loyola Medicine, dilansir Strait Times, Minggu (3/6/2018).

Baca Juga : Ramalan Roy Kiyoshi yang Terbukti di Tahun 2018, Mulai Pernikahan Hingga Bencana yang Terjadi

Tes genetik 21 yang disebut Oncotype DX sudah ada sejak 2004 dan telah membantu membuat keputusan terkait perawatan yang tepat pasca operasi.

Hasil rekurensi yang tinggi, di atas 25, menandakan kemoterapi disarankan untuk menangkal rekurensi.

Sementara bila skor rendah, di bawah 10, artinya tidak perlu dilakukan kemoterapi. Rekurensi artinya penyakit telah kembali setelah tidak terdeteksi untuk waktu yang lama.

Studi pertama ini fokus meneliti pengidap kanker yang nilai tes genetiknya berkisar antara 11 hingga 25.

Baca Juga : Jennifer Dunn Berhijab Setelah Keluar dari Penjara, Ingin Saingi Sarita?

Lebih dari 10.000 wanita berusia 18 hingga 75 tahun secara acak dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama diberi terapi kemoterapi dan terapi hormon, kelompok kedua hanya diberi terapi hormon saja.

Para peneliti mempelajari hasilnya, termasuk kemungkinan kanker kambuh dan kesempatan hidup secara keseluruhan.

"Untuk seluruh responden penelitian dengan nilai tes genetik antara 11 dan 25, terutama pada wanita berusia 50 hingga 75 tahun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara melakukan kemoterapi dan tidak kemo," tulis temuan dalam laporan yang diterbitkan di New England Journal of Medicine.

Ini artinya semua wanita di atas 50 tahun bisa tidak melakukan kemoterapi dan terhindar dari efek samping beracunnya.

Baca Juga : Dicerai Usai Videonya bersama Ariel NOAH, Cut Tari Kepergok Mesra dengan Aktor Ini Sejak 5 Tahun Lalu!

Sementara itu, wanita yang usianya di bawah 50 tahun dengan nilai tes genetik 0 sampai 15 juga bisa tidak melakukan kemoterapi.

Namun, wanita di bawah usia 50 tahun dengan nilai antara 16 sampai 25, hasil menunjukkan lebih baik melakukan kemoterapi.

Meski begitu, Joseph Sparano dari Montefiore Medical Center di New York yang terlibat dalam penelitian pertama menganjurkan semua wanita yang didiagnosis memiliki kanker payudara di tahap awal tetap harus menjalani tes dan mendiskusikan hasilnya dengan dokter.

Pada studi kedua, ahli onkologi menguji bentuk imunoterapi terhadap kemoterapi pada pengidap kanker paru-paru yang paling umum dialami orang, yakni kanker paru-paru non sel kecil.

Baca Juga : Ditinggalkan Koneng, Gempi Sempat Tolak Bersama Pengasuh yang Baru

Mereka menemukan, obar Merck Keytruda (pembrolizumab) dapat digunakan untuk membantu pengidap kanker paru-paru bertahan hidup empat hingga delapan bulan lebih lama daripada melakukan kemoterapi.

Ada lebih dari 1.200 responden yang terlibat dalam penelitian ini.

"Ini adalah sesuatu yang baru untuk menghadapi kanker paru-paru non-sel kecil," kata penulis utama penelitian ahli onkologi Gilberto Lopes dari University of Miami Health Center.

Baca Juga : Saling Bawa Hoki, Peramal Ini Terawang Hubungan Ivan Gunawan dan Ayu Ting Ting akan Serius!

Namun ia juga mencatat, pengidap kanker paru-paru yang berusia lanjut dapat meninggal dunia dalam beberapa bulan.(*)

 

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengidap Kanker Payudara dan Paru-paru Tak Perlu Kemoterapi, Asal..."