NOVA.id - Tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12) terjadi tanpa adanya gempa yang disusul gelombang pasang.
Banyak orang yang tewas dalam kejadian tersebut karena tak mengetahui air laut yang naik dan menerjang tepi pantai di bagian Barat Provinsi Banten.
Ketua Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Tiara Prasetya menjelaskan peristiwa tsunami ini merupakan fenomena yang langka.
Baca Juga : Menunggu Kabar Drummer, Ifan Seventeen: Cepet Pulang Sob, Aku Tinggal Sendiri Sob, Please!
"Iya itu adalah fenomena unik. Mungkin dulu juga pernah terjadi tapi sangat langka sekali," kata Tiar Prasetya dikutip dari tribunnews (23/12).
Tsunami terjadi diduga karena aktivitas erupsi dari gunung Anak Krakatau dan air laut yang sedang pasang.
Ditambah lagi adanya longsoran yang menyebabkan fenomena tersebut terjadi.
Baca Juga : Duka Kembali Datang, Gitaris Seventeen Ditemukan Dalam Keadaan Meninggal
"Ini akibat longsoran di Gunung Anak Krakatau, ditambah trigger tsunami hanya karena posisinya gelombang laut tinggi jadi kombinasi dan ini juga bisa tsunaminya besar. Ini baru diduga," kata Tiar Prasetya.
Aktivitas vulkanik di gunung Anak Krakatau ini memang biasa terjadi dari bulan Juni.
Dan kombinasi 3 fenomena alam yang terjadi pada 22 Desember kemarin bisa jadi menimbulkan tsunami di daerah tersebut.
Baca Juga : Menangis Histeris, Istri Herman Seventeen Ungkap Keinginan Suaminya Sebelum Meninggal
"Meletusnya Anak Krakatau udah biasa dari bulan Juni, cuma meletusnya itu menimbulkan longsoran, akhirnya menimbulkan tsunami dan kebetulan laut itu gelombangnya lagi tinggi-tingginya, kan unik tiga tiganya kalo gak ada ya gak bisa, letusan, longsor, tsunami gelombangnya lagi tinggi," kata Tiar Prasetya.
Semoga ini bisa menjadi bahan pembelajaran untuk kita, untuk lebih waspada dan peka terhadap alam di sekitar. (*)