Misteri Gunung Anak Krakatau, Tak Boleh Sebut Kata Ini Jika Tak Ingin Sial!

By Hinggar, Minggu, 13 Januari 2019 | 14:56 WIB
Misteri dan Mitos yang Menyelimuti Gunung Anak Krakatau, Tak Boleh Bilang Kata Ini Di Sana Jika Tak Ingin Sial! (tribun kaltim)

NOVA.id - Gunung Anak Krakatau pada akhir tahun yang lalu sempat erupsi hingga menimbulkan tsunami di Selat Sunda.

Gunung Anak Krakatau kini menjadi lebih kecil daripada sebelum erupsi.

Awalnya tinggi Gunung Anak Krakatau ini mencapai 338 meter kini hanya setinggi 110 meter di atas permukaan laut.

Baca Juga : Menyayat Hati, Ini Pesan Kematian yang Ditulis Ustaz Arifin Ilham di Facebook yang Dibanjiri Tangis!

Di samping itu, setiap tempat pasti memiliki mitos dan misteri tersendiri, sama seperti Gunung Anak Krakatau.

Apalagi ledakannya pada tahun 1883 yang lalu memiliki dampak yang besar untuk dunia.

Lalu apa saja mitos dan misteri yang terjadi di Gunung Anak Krakatau?

Baca Juga : Sempat Dikabarkan Menikah, Afgan dan Rossa Pamer Foto Mesra di Tokyo

Dikutip dari tayangan On The Spot Trans 7 pada 7 Juni 2018, inilah mitos dan misteri yang ada di Gunung Anak Krakatau.

Masyarakat sekitar Gunung Anak Krakatau memiliki pantangan-pantangan saat berkunjung ke daerah tersebut.

Mereka yang berkunjung tidak boleh menyebut kata kepiting.

Baca Juga : Nikah Lagi, Mantan Suami Elly Sugigi dan Istrinya yang 15 Tahun Lebih Tua Suka Pamer Kemesraan!

Warga sekitar percaya bahwa ada yang menyebut nama kepiting saat berada di daerah tersebut maka akan mendapatkan kemalangan.

Sehingga warga sekitar mengganti nama kepiting dengan sebutan kerbau.

Jika menemukan rumput liar yang disebut dengan 'oyot', maka kita tidak boleh menyebutkan namanya, tetapi diganti dengan kesara, yaitu tali kekang untuk kerbau.

Baca Juga : Selamat! Nadia Mulya Melahirkan Anak Keempat, Ini Arti Nama Putrinya

Apabila hal-hal tersebut dilanggar, maka ada saja kemalangan yang akan terjadi, seperti sakit perut hingga kehilangan perahu dan yang lainnya.

Misteri lainnya adalah penampakan kapal putih di daerah Gunung Anak Krakatau.

Kapal berwarna putih tersebut tak berawak, yang terombang ambing di perairan dekat Gunung Anak Krakatau.

Baca Juga : Berita Terpopuler: TNI AL Temukan Hal Aneh di Dasar Laut Selat Sunda Usai Tsunami dan Erupsi Gunung Anak Krakatau Hingga Pertengkaran Bisa Buat Hubungan Makin Kuat

Tetapi saat didekati kapal tersebut malah menghilang.

Seorang wisatawan mengatakan pengalaman mistisnya saat berkunjung ke gunung tersebut.

"Jadi perjalanan berikutnya, juga ada terlihat samar-samar kapal putih, ada teman-teman yang melihat," ungkap seorang wisatawan Mujiono.

Baca Juga : Kembali Bernyanyi, Ifan Seventeen Ungkap Perasaannya untuk Mendiang Dylan Sahara

Hal ini juga dibenarkan oleh seorang penjaga hutan di Gunung Krakatau.

"Sepengetahuan saya dulu, tahun 1978 itu kan banyak korban, jadi kejadiannya itu hari Iduladha 5 hari lagi, karena kapal ini melebihi kapasitas muatan jadi tenggelam, dan banyak mayat-mayat terdampar di sana," Muchtar, mantan penjaga hutan areal cagar alam Gunung Krakatau.

Hingga saat ini misteri mengenai kapal tersebut pun belum terpecahkan.

Baca Juga : Berkaca dari Arya Permana dan Titi Wati, 3 Solusi Ini Perlu Dipertimbangkan Penderita Obesitas

Misteri lainnya tak jauh dari pos jagawana Gunung Anak Krakatau di mana kapal biasa bersandar, kesaksian beberapa orang yang datang, pada malam tertentu mereka mendengar suara gamelan jawa dimainkan dengan dalang yang sedang bermain wayang.

Saat sumber suara didekati, mereka tak menemukan sumber suara tersebut berasal.

Seorang mantann penjaga cagar alam Gunung Anak Krakatau tersebut pun membenarkan misteri yang terjadi.

Baca Juga : Dilamar Ammar Zoni, Begini Gaya Modis Irish Bella Saat Liburan yang Bisa Jadi Inspirasi

"Jadi memang gamelan itu, terjadinya setiap malam Jumat," ungkap Muchtar.

Para wisatawan tersebut juga mengatakan bahwa melihat adanya hewan seperti biawak yang cukup besar dan burung elang serupa dengan elang jawa yang ukurannya sebesar kambing.

Tetapi para penjaga hutan di daerah Gunung Anak Krakatau tak pernah menemukan hewan-hewan tersebut. (*)