Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin Angkat Suara soal Nasionalisme dan Agama, Apa Katanya?

By Tentry Yudvi Dian Utami, Sabtu, 19 Januari 2019 | 15:48 WIB
Nasionalisme dan Agama Tidak Bisa Terpisahkan, Tapi Harus Dimajukan! ()

NOVA.id - Pembicaraan mengenai isu nasionalisme dan agama memang dianggap sebagai topik sensitif, apalagi bila dibandingkan dengan sederet isu populer lain.

Akan tetapi, sebagai perempuan yang peduli dengan bangsa ini, kita rupanya wajib, lho, menaruh perhatian pada dua topik yang konon "sensitif" ini.

Sebab saat sebuah isu mengenai nasionalisme dan agama mengandung konten negatif di media sosial, sebagian dari kita harus bisa menanggapi dengan bijak.

Baca Juga : Ditanya Profesi Sang Kakek, Jawaban Jan Ethes Buat Tawa Boy William dan Jokowi Pecah

Dalam diskusi panel bertajuk Religion and Nationalism: Revisiting Pancasila di IDN Times Indonesia Millennial Summit 2019, isu terkait nasionalisme dan agama ini pun dibahas tuntas.

Hal ini dianggap penting karena ada kaitan langsung dengan landasan negara Pancasila dan NKRI yang tak bisa dimungkiri, sedang terus diuji dan "digoyang" selama beberapa tahun ke belakang.

Menanggapi hal ini, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pun angkat bicara.

Baca Juga : Berbalut Kebaya Merah, Anggunnya Titiek Soeharto Mantan Istri Prabowo Bak Perempuan Keraton

Perlu diketahui, polemik yang terjadi ini mungkin saja disebabkan karena tidak berkembangnya penerapan pendidikan keagamaaan di Indonesia, sehingga membuat kita jadi kurang bisa untuk toleransi.

"Di Kementrian Agama, sudah 4 tahun lalu menyadari bahwa pengajaran nilai-nilai keagamaan kita masih menitik-beratkan pada hal-hal formalistis," jelas Lukman Hakim Saifuddin.

Kita sedari dulu hanya diajarkan ayat-ayat dari kitab suci termasuk ritual-ritual keagamaan, tanpa mendalaminya dengan pemikiran komprehensif. 

Baca Juga : Usai 11 Jam Diperiksa Polisi Terkait Prostitusi Online, Ini Penampilan Polos Fatya Ginanjarsari tanpa Makeup

Padahal, pada dasarnya semua agama yang ada di Indonesia itu pasti mengajarkan kita untuk toleransi antarmanusia, keadilan, dan cinta dengan bumi yang manusia itu pijak. 

"Kita jangan terjebak di kulit luar mengarah kepada substansi. Dan kita harus menghargai dan menghormati, yang tidak boleh itu adalah pemaksaan.

Silahkan orang mengajarkan agama dengan ajarannya, jangan menyeragamkan dan jangan memaksa" jelas Lukman.

Karena itulah, Lukman mengimbau generasi milenial untuk lebih mengedukasi diri dengan beragam informasi positif tentang agama dan nasionalisme. 

Baca Juga : Perempuan Memilih: Hasil Debat Pilpres 2019, Fakta hingga Saling Serang

Dengan begitu, generasi kita akan lebih damai dan saling menerima adanya perbedaan.

Kalaupun ada isu-isu yang mencoba menggoyang nasionalisme dan memecah belah kita berdasarkan agama, kita pun jadi bisa menanggapinya dengan bijak!

Baca Juga : Usai 11 Jam Diperiksa Polisi Terkait Prostitusi Online, Ini Penampilan Polos Fatya Ginanjarsari tanpa Makeup

"Penting sekali pendidikan itu berubah untuk mengajarkan pemahaman mendasar tentang substansi keagamaan yang tidak hanya diterjemahkan dari tulisan," jelasnya. 

Pendidikan agama itu tak hanya didapat di pendidikan formal tapi juga pendidikan agama di rumah dan lingkungan. 

Tentunya, hal ini penting untuk masa depan yang lebih damai dan sejahtera bagi generasi penerus bangsa Indonesia.

Bagaimana Sahabat NOVA, sepakat untuk lebih bijak dan damai menanggapi isu intoleransi? (*)