Amino Index Risk Screening, Teknologi Terbaru Ajinomoto Pendeteksi Kanker

By Dionysia Mayang Rintani, Selasa, 29 Januari 2019 | 12:37 WIB
Amino Index Risk Screening atau AIRS dari Ajinomoto (ilustrasi) ()

NOVA.id – Asam amino merupakan indikator penting dalam tubuh kita.

Berdasarkan sejarah penelitian Ajinomoto terhadap asam amino, diketahui bahwa keseimbangan konsentrasi asam amino dalam darah berubah untuk menunjukkan tingkat kesehatan kita.

Ajinomoto Co sebagai perusahaan penyedap rasa asal Jepang sendiri kini telah mengembangkan teknologi pendeteksi kanker yang dinamai Amino Index Risk Screening atau AIRS.

Baca Juga : Kawal Jan Ethes yang Baru 2 Tahun, Dua Paspampres Ini Akui Kewalahan!

Dari rilis resmi Ajinomoto Co., Inc.- Jepang, AIRS memanfaatkan teknologi asam amino.

Penelitian ini kemudian mengarah pada pengembangan teknologi pemeriksaan kanker praktis, yang bisa meningkatkan kemungkinan pendeteksian bila digabungkan dengan teks pemeriksaan lainnya.

Penggunaan teknologi ini diyakini Ajinomoto akan mempermudah dokter dan pasien dalam pencehgahan dan mampu mendeteksi kanker.

Baca Juga : Dikawal Pria Berbadan Tegap, Mulan Jameela Tinggalkan Ahmad Dhani

Nah, nantinya dokter akan mengambil darah pasien sebanyak 5 ml setiap pemeriksaan yang kemudian diperiksa menggunakan teknpologi asam amino. 

Teknologi AIRS dinilai mampu mendeteksi kanker perut, kanker paru-paru, kanker usus besar, kanker pankreas, dan kanker prostat pada pria.

Sedangkan pada perempuan, alat ini akan memeriksa kanker perut, kanker paru-paru, kanker usus besar, kanker pankreas, kanker payudara, dan kanker rahim atau ovarium.

Baca Juga : Nathania Purnama Sindir Kutukan Cincin Merah Ahok: BTP Bukan Ayahmu!

Di Jepang sendiri, pemeriksaan kesehatan secara rutin telah menjadi tren, hal ini dinilai Ajinomoto menjadi alasan mengapa usia masyarakat Jepang lebih panjang.

Selain itu, pemeriksaan massal di Jepang diberikan pada setiap siswa di sekolah, karyawan di kantor, serta setiap orang dalam sistem perawatan kesehatan universal komunitas dan pemerintahan setempat.

Di negara lain, pemeriksaan kesehatan sering kali hanya diminta oleh mereka yang secara khusus mementingkan kesehatannya, sedangkan di Jepang, ini merupakan suatu aturan.

Baca Juga : Ruang Sidang Cerai Memanas, Shezy Idris dan Suami Saling Cekcok dan Membentak

Hasilnya, setiap tahun Jepang hanya menghabiskan 10% dari GDP negara dibandingkan dengan Amerika Serikat yang menghabiskan 17%.

Semakin rendah GDP negara terkait kesehatan, maka semakin sehat masyarakat sebuah negara tersebut. 

Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr Daeng M Faqih, SH, MH, pemeriksaan kesehatan memang harus ditingkatkan di tengah masyarakat, khususnya Indonesia.

Baca Juga : Viral Foto Ahmad Dhani Diduga di Dalam Penjara Bersama Puluhan Orang

Melalui pemeriksaan kesehatan yang rutin dilakukan, masyarakat akan bisa mengantisipasi dan mendeteksi penyakit-penyakit berbahaya, seperti kanker.

“Kita harus mendorong masyarakat untuk melek terhadap pemeriksaan kesehatan. Jangan sampai baru terasa sakit, barulah mendatangi dokter. Sebaik-baiknya adalah pencegahan daripada penanggulangan,” pungkasnya. (*)