Perempuan Memilih 2019: Mengapa Partisipasi Perempuan di Politik Masih Minim?

By Tentry Yudvi Dian Utami, Minggu, 3 Februari 2019 | 09:00 WIB
Perempuan Memilih 2019: Mengapa Partisipasi Perempuan di Politik Masih Minim? (iStock)

Titi menilai, tak adanya konsolidasi kuat antara pemilih perempuan, penyelenggara pemilu perempuan, dan calon legislatif atau kepala daerah dari kalangan perempuan.

Padahal, kata dia, sinergitas ketiga aktor itu berpengaruh besar pada pencapaian keterwakilan perempuan dalam politik hingga pengambilan kebijakan di tingkat eksekutif dan legislatif nanti.

Ia mengingatkan, berdasarkan kriteria United Nations Division for the Advancement of Woman, nilai-nilai program prioritas perempuan bisa diperhatikan apabila perempuan memiliki keterwakilan sekitar 30-35 persen.

Baca Juga : Janggal, Suami Saphira Indah Lihat Burung Misterius Hinggap di Rumah Malam Hari: Itu Pertanda...

"Itu bukan angka imajiner yang tidak objektif, itu angka ilmiah. Perempuan itu baru bisa punya peluang agar suara dan keberadaannya diperhitungkan kalau jumlahnya 30 sampai 35 persen," kata dia.

Oleh karena itu, perlu upaya yang lebih optimal untuk mendorong lebih banyak perempuan mau masuk dan menjadi penyelenggara pemilu.

"Karena selama ini afirmasi keterwakilan perempuan mudah diucapkan, disampaikan tetapi menjaga konsistensi dan komitmennya sulit untuk diwujudkan," ujar Titi.

Baca Juga : Begini Caranya Memilih Sampo untuk Rambut Keriting, Beda!

Yah, sebelum angka ini terwakili, setidaknya, kita sebagai perempuan masih bisa berpartisipasi dengan mencoba menyumbangkan suara kita pada Pemilu nanti.

Jadi, jangan lupa gunakan hak pilih kita nanti, ya! (*)

Artikel ini pernah tayang di laman Kompas.com dengan judul Antusiasme Perempuan Terhadap Penyelenggara Pemilu Masih Rendah