Kini Asyik Bermesraan, Dulu Mayangsari Pernah Diusir saat Melayat Soeharto yang Ditemani Bambang Trihatmodjo

By Tentry Yudvi Dian Utami, Minggu, 10 Maret 2019 | 11:14 WIB
Menjadi Pihak Ketiga, Mayang Sari Pernah Diusir Saat Melayat Soeharto Bersama Bambang Trihatmodjo ()

NOVA.id – Anak bungsu Halimah Agustina Kamil menikah, tapi Bambang Trihatmodjo memilih untuk habiskan waktu dengan Mayangsari dan putri mereka.

Permasalahan ini bukanlah pertama kali terjadi, ketika Bambang Trihatmodjo memilih berduaan dengan Mayangsari di saat momentum besar tengah terjadi di keluarga Cendana.

Sebelumnya, melihat berkas NOVA 2008, saat Soeharto meninggal di 27 Januari 2008 silam, Mayangsari nekat menyambangi keluarga Cendana bersama Bambang Trihatmodjo dan putrinya.

Baca Juga : Tak Terlihat di Pernikahan Putranya, Bambang Trihatmodjo Terciduk Asyik Bersama Mayangsari

Entah apa yang ada di benak Mayangsari. Sebagai menantu yang baik, dia mungkin ingin memanjatkan doa terakhirnya buatSoeharto.

Apalagi, buah hatinya, Khirani Siti Hartina Trihatmodjo, belum pernah melihat Eyangnya secara langsung.

Maka, Mayang pun memberanikan diri menyambangi Rumah Cendana.

Baca Juga : Omelete Keju Solusi Jitu Sarapan Praktis dan Simpel!

Dalam rekaman kamera media elektronik, Mayang terlihat duduk sambil menundukan muka di depan jenazah Soeharto.

Sementara di sampingnya Khiran duduk dipangku bapaknya, Bambang Trihatmodjo.

Baca Juga : Peringati Hari Perempuan Internasional 2019, Masih Ada Ketimpangan Peran di Industri Perfilman Dunia

Di balik peristiwa sensasional itu muncul cerita, bahwa kedatangan Mayang tak dikehendaki dua putri Soeharto, Titiek dan Mamiek.

Dengan terang-terangan, mereka mengusir Mayang.

Baca Juga : 5 Alasan Kenapa Perempuan Bertubuh Curvy Lebih Memuaskan di Ranjang

Menurut seorang saksi mata yang meminta identitasnya dirahasiakan, Mayang datang ke rumah mantan orang nomor satu di Indonesia itu sekitar pukul 22.00.

Saat itu doa-doa untuk almarhum masih berlangsung dengan khusyuk.

Di depan jenazah masih bersimpuh Tommy, Titiek dan Mamiek.

Baca Juga : Peringati Hari Perempuan Internasional 2019, Masih Ada Ketimpangan Peran di Industri Perfilman Dunia

Sementara Tutut dan Sigit sedang melakukan aktivitas lain.

Begitu pula dengan Halimah, (mantan) istri Bambang, yang sedang makan malam di rumah, lalan Tanjung, yang tak jauh dari rumah duka.

Tanpa diduga, di antara pelayat yang terus berdatangan terlihat Mayangsari bersama Bambang.

Baca Juga : 5 Alasan Kenapa Perempuan Bertubuh Curvy Lebih Memuaskan di Ranjang

Bambang pun menggendong Khiran. Mayang mengenakan busana hitam dan syal batik di bahunya.

Kehadiran pasangan ini langsung mendapat perhatian Mamiek dan Titiek.

Keduasaudara Bambang itu langsung berdiri dan mendatangi Mayangsari.

Baca Juga : Wah, Orang yang Berstatus Jomblo Ternyata Lebih Bahagia Ketimbang Pasangan Menikah, loh!

Mereka meminta Mayang agar segera keluar dari rumah itu.  

"'Pergi dari sini!', kata Mamiek setengah membentak,"cerita saksi mata yang dekat dengan Keluarga Cendana itu.

Melihat reaksi tersebut, Bambang turun tangan. Sempat terjadi perdebatandan Bambang berhasil membujuk Titiek dan Mamiek agar memberi kesempatan ke Mayang untuk bersimpuh di sisi jenazah Soeharto.

Baca Juga : Ukuran Payudara Memicu Rasa Malas untuk Berolahraga? Ini Kata Ahli

"Kejadiannya cepat sekali. Paling beberapa menitsaja," lanjut si sumber.

Meski insiden itu terjadi singkat, ribut-ribut itu langsung diketahui Halimah, setelah seseorang memberi tahunya lewat telepon.

Apa reaksi Halimah? "Dia Cuma bilang, kok senang sekali membuat sensasi saat orang khidmat mendoakan Bapak."

Baca Juga : Banyak Orang Salah Mengartikan Keluarnya Darah dari Selaput Dara di Malam Pertama, Ini Penjelasannya

Masih kata sumber tadi, selama perjalanan menuji Solo tempat Pak Harto dimakamkan pun, Halimah bungkam, dan tak mau menyinggung kedatangan Mayang bersama Bambang dan anaknya.

"Dia tidak mau terganggu oleh sensasi murahan tersebut. Mayang telah merusak kekhidmatan, hal yang tidak bakalan dilakukan oleh seorang Halimah."

Untunglah, saat pemakaman seluruh keluarga besar Soeharto meninggalkan semua persoalan mereka, lalu bahu-membahu untuk mengantar Soeharto terakhir kalinya.(*)

Tumpak Sidabutar