NOVA.id - Kisah heroik datang dari seorang pria bernama Abdul Aziz yang melawan penembak di masjid Selandia Baru pada Jumat (15/03).
Penembakan terjadi di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru dan membuat sebanyak 50 orang meninggal dunia karena aksi teror tersebut.
Aziz yang menjadi salah satu jemaah yang ada di masjid Lindwood memberanikan diri melawan penembak yang bernama Brenton Tarrant tersebut.
Bahkan dirinya meninggalkan keempat anaknya yang berada di masjid saat mendengar ada suara tembakan.
Bukan untuk menyelamatkan diri sendiri, dirinya mencoba menghadapi peneror yang tengah mengacungkan senjatanya ke arah jamaah.
Aziz mencoba mengalihkan perhatian sang penembak, dan menjauhkan peneror dari masjid.
Baca Juga : Putus dari Billy Syahputra, Sifat Hilda Vitria Langsung Dibongkar Nikita Mirzani
"Saya bermaksud membuat dia mengejar saya hingga ke tempat parkir supaya para jamaah bisa kabur. Namun kemungkinan dia tidak melihat saya," jelasnya.
Aziz sempat menemukan senjata yang mungkin ditinggalkan Tarrant.
Tetapi saat dia menarik pelatuknya, tak ada peluru di dalamnya, dan Tarrant tengah berada di dalam mobil dan mengambil senjatanya kosong.
Baca Juga : Mengaku Lajang, Pria Ini Didatangi Istri dan Anak Saat Menikah dengan Perempuan Lain
Akhirnya Aziz melempar senjata ke kaca mobil Tarrant, dan kemungkinan hal ini membuat sang peneror terkecut dan takut.
Aziz bahkan mengejar mobil Tarrant hingga ke perlintasan sebelum kembali untuk melihat kondisi teman-temannya di masjid.
Dilaporkan ada dua masjid yang mengalami teror penembakan tersebut yaitu, Masjid Linwood dan Masjid Al Noor.
Baca Juga : Dikenal Kalem dan Sederhana, Sifat Asli Mantu Jokowi Dibongkar Seorang MUA! Seperti Apa?
Sebelumnya Aziz dikira polisi sebagai peneror, tetapi dia dilepaskan setelah mengetahui kisah sebenarnya.
Brenton Tarrant membawa banyak senjata dari senapan serbu serta shotgun untuk menyerang para jamaah yang sedang melakukan ibadah saat itu.
Tarrant merupakan warga Australia dan melakukan aksi tersebut dengan alasan untuk membela kulit putih dari penjajah. (*)