Diego dan Marlies Ceritakan Rintangan Silih Berganti Selama Belah Benua dengan Sepeda

By Siti Sarah Nurhayati, Jumat, 12 April 2019 | 20:05 WIB
Marlies Fennema dan Diego Yanuar (Instagram | @everythinginbetween.journal)

Ketika itu kepada NOVA Diego bercerita mengenai kisah dan sebagian rintangan yang dilalui mereka.  

Diego berkata saat itu, polisi penjaga border melihat bendera Belanda berukuran kecil yang tersemat di tas Marlies lalu, “Marlies sempat bercanda, Belanda kan identik dengan legal ganjanya, terus polisinya nanya ke Marlies 'lo bawa ganja enggak?' sambil bercanda, terus Marlies bilang 'enggak-enggak', terus mereka tertawa. Habis itu ditanya lagi, 'bawa ganja enggak?' 'bawa nih 10 kilo’.”

Mendengar ungkapan Marlies, pihak kepolisian langsung bergerak dan melakukan pemeriksaan terhadap Marlies dan Diego selama satu jam. Namun mereka berhasil lolos, karena ucapan Marlies memang enggak bisa dibuktikan.

Baca Juga : Lihat Gambar Hantu Penunggu Rumahnya, Ashanty Mengaku Ingin Pindah!

Selang dua bulan, tibalah Diego dan Marlies di Turki. Jarak 3000 km sudah mereka lalui.

Di sana mereka dipaksa melihat Kapadokia, tempat wisata yang paling terkenal di Turki, dengan memperlihatkan balon udara di langit-langit Turki.

Namun rasanya tempat tersebut enggak cocok dengan mereka, karena perjalanan yang Diego dan Marlies lalui bukan untuk rekreasi.

Akhirnya, tanpa berlama-lama Diego dan Marlies kembali mengayuh pedal sepedanya dan menemukan tempat indah untuk membuka tenda, dengan pemandangan gunung Erciyes sebagai pemanja mata.

Namun, enggak disangka di tengah ketenangannya, mendadak 400 kerbau datang menghampiri tenda mereka.

Tanpa pikir panjang, Marlies yang ketakutan langsung menyelamatkan diri dan berlari ke bukit yang lebih tinggi, “takut mati” katanya.

Namun, Diego saat itu berpikir kerbau itu enggak akan tiba-tiba menyerang tanpa sebab, apalagi ada penggembalanya.

Baca Juga : Jenguk Ani Yudhoyono, Dahlan Iskan Prihatin Saksikan Tempat Tidur SBY Sehari-hari di Singapura

“Tiba-tiba, ada kura-kura juga datang ke tenda, dan entah dari mana juga gitu. Kayak hal-hal random yang orang enggak mungkin bisa dapetin.

Itu sih yang paling diinget buat kami. Bukannya tempat tourist area yang semua orang bisa ke sana,” cerita Diego. (*)