NOVA.id - Artis cantik Lidya Pratiwi hingga kini belum juga merasakan udara kebebasan sebagai warga binaan rutan.
Pasalnya, Lidya Pratiwi harus mendekam di tahanan karena kasus pembunuhan kekasihnya sendiri.
Adalah, Naek Gonggom Hutagalung, yang menjadi korban perencanaan pembunuhan oleh ibunda Lidya Pratiwi, Vince Yusuf dan sang paman, Tony Yusuf.
Baca Juga: Ini Persiapan Wajib Buat Ibu-Ibu yang Sering Antar Jemput Anak Sekolah Naik Motor
Meski mengaku tak ikut berperan dalam pembunuhan tersebut, namun Lidya Pratiwi dinyatakan bersalah karena mengetahui dan membiarkan pembunuhan tersebut.
Berdasarkan berita yang diwartakan NOVA.id pada Minggu, 12 Maret 2017 silam, pesinetron Untung Ada Jinny ini dianggap bersekongkol dengan sang ibunda dan pamannya.
Lidya Pratiwi menjadi alat pancingan sebelum menghabisi nyawa Naek Gonggom Hutagalung.
Baca Juga: Kerap Disepelekan, Gejala Awal Kanker Nasofaring Awalnya Cuma Telinga Berdenging!
Naek Gonggom Hutagalung ditemukan tak bernyawa di Putri Duyung Cottage, Ancol, Jakarta Utara pada 28 April 2006 silam.
Selama 14 tahun di penjara, Lidya Pratiwi ternyata berkelakuan baik.
Bahkan, pesinetron cantik ini disebut-sebut semakin religius.
Baca Juga: Dinikahi Raja Bali, Begini Rumah Happy Salma yang Jauh dari Kesan Mewah dan Modern
"Beberapa kali sih saya lihat dia salat. Dia rajin ibadah," ujar salah seorang petugas Rutan Pondok Bambu, Jakarta beberapa waktu lalu seperti yang dikutip via GridPop.id.
Dikabarkan Lidya Pratiwi sudah menjadi mualaf dan memeluk agama islam pada 2017 silam.
Baca Juga: Sudah Bagikan Warisan, Benarkah Anak Hotman Paris Kecewa dengan Kondisi Sang Ayah yang Sesungguhnya?
Baca Juga: Lebaran di Penjara, Saipul Jamil Mohon Dewi Perssik Menjenguk: Mami Sini, Bawa Suami!
Jika dihitung dari masa tahanannya selama 14 tahun, Lydia Pratiwi masih harus menunggu setahun mendatang.
14 tahun di penjara, Lidya Pratiwi telah dipotong masa tahanannya 3 tahun dari tuntutan jaksa penuntut umum yakni 17 tahun penjara.
Lama tak terdengar kabarnya, perubahan Lidya Pratiwi semakin religius ini seolah hikmah di tengah badai. (*)