Bermodalkan Senter dan Cahaya Malam, KHI Ajak Belajar Sejarah Menginap di Museum

By Siti Sarah Nurhayati, Kamis, 13 Juni 2019 | 09:41 WIB
Bermodalkan Senter dan Cahaya Malam, KHI Ajak Belajar Sejarah (NOVA/FIQRI MAULANA)

NOVA.id - Acara “Menginap Di Museum” yang diusung oleh Komunitas Historia Indonesia (KHI), tentunya membawa kesan tersendiri bagi para peserta yang ikut di dalamnya. Bangunan-bangunan tua, kayu-kayu jati yang kokoh, beberapa ruangan gelap, rasa dingin dan panas juga cukup memberikan rasa berbeda. Peserta juga  seakan dibawa kembali ke masa lalu.

Bermodalkan senter dan cahaya seadanya, mereka diajak berkeliling dan dipandu untuk menilik sejarah di Museum Bahari.

Baca Juga: Komunitas Historia Indonesia Beri kesempatan Rasakan Sensasi Menginap di MuseumMulai dari tempat di mana rempah​-rempah​ itu dijemur, kemudian ditumbuk, lalu di-packing, hingga akhirnya dibawa ke kapal untuk berlayar ke ​E​ropa dan diperdagangkan. Tak hanya itu, pemandu juga dengan piawai menjelaskan detail demi detail lorong bangunan dan beberapa ruangan gelap, tempat menyimpang barang bersejarah. Asal tahu saja, bangunan museum yang berdiri kokoh ini, hampir setengahnya kini tertimbun tanah akibat reklamasi.

Baca Juga: Makan Makanan Pedas Bisa Sebabkan Mimpi Buruk? Ini Alasan dari Ahli

“Memang ada satu tempat yang tidak bisa kita datangi, karena bekas kebakaran gitu. Mungkin nanti bisa masuk dan li​h​at kondisinya di malam hari kaya gimana sih, karena akan beda ceritanya kalo masuk​ ke situ​,” papar Asep. Selama 4 jam mereka diajak berkeliling museum sembari berdiskusi dengan diselingi canda tawa yang menghangatkan suasana.  Lalu setelahnya diajak berkumpul di ruang kantin yang menjadi ruang utama atau “kamar tidur”  sekitar 100 orang peserta.

Baca Juga: 2 Penyakit Menular Ini Mengintai Kita Jika Malas Membersihkan Peralatan Tidur!KHI memang membatasi peserta, kata Asep, “Tempat bersejarah atau situs sejarah museum itu kan punya kerentanan, dari mulai tidak boleh terlalu panas, enggak boleh banyak orang, enggak boleh suara bising karena bisa retak.”“Tidak boleh terlalu banyak orang, karena bisa ambruk kan. Jadi sudah kita pertimbangkan. Bahkan nanti tur pun akan kita bagi kelompok, jadi 100 orang ini sudah maksimum,” lanjut Asep. Bangunan tua museum memang tidak sepenuhnya tua, ada beberapa peralatan modern yang kini sudah menyeruak masuk ke dalam bangunan, seperti adanya pendingin ruangan.

Baca Juga: Wah, Ini 3 Cara Cerdik Tangkap Peluang Usaha Saat Traveling! Simak, yuk!

Tujuannya tentu demi kenyamanan pengunjung.

Selebihnya, bangunan ini tetap seperti dulu kala, enggak ada yang berubah. (*)