Ini 3 Dampak Kencan Online untuk Psikologi, Salah Satunya Rendah Diri

By Tentry Yudvi Dian Utami, Rabu, 17 Juli 2019 | 22:00 WIB
Tak Disangka, Ini 3 Dampak Kencan Online untuk Psikologis, Salah Satunya Rendah Diri (Petar Chernaev)

NOVA.id – Menemukan teman kencan dari aplikasi online sekarang menjadi pilihan gaya hidup baru bagi generasi milenial.

Tentu saja, kencan lewat aplikasi online ini pun mempermudah kita untuk bertemu dengan orang baru yang berpotensi bisa menjadi pasangan.

Online dating atau kencan yang diawali melalui media internet telah populer sejak 2008.

Baca Juga: Lakukan Tes DNA, Suami Femmy Permatasari Ditipu Mantan Istri Selama 12 Tahun

Kini, banyak dari kita yang memakai aplikasi kencan di smartphone.

Situs seperti Match.com telah memiliki 7 juta pelanggan berbayar.

Tak sedikit pula yang memakai aplikasi smartphone seperti Tinder.

Namun apakah sebenarnya aplikasi kencan tersebut membuat kita bahagia?

Rupanya, kencan online atau online dating memiliki dampak dari sisi psikologis.

Berikut ulasannya.

Baca Juga: 5 Fakta Steve Emmanuel, Memiliki Anak di Usia Belasan Tahun Hingga Sempat Terancam Hukuman Mati Atas Kasus Narkoba

1. Rasa Rendah Diri

Berdasarkan studi yang dipublikasikan oleh jurnal Body Image pada 2017, online dating atau kencan online juga berpengaruh pada bagaimana kita menilai diri kita sendiri.

Sekitar 1300 mahasiswa ditanyai mengenai penggunaan aplikasi Tinder dan pandangan mereka akan harga diri.

Studi menjelaskan bahwa pria dan perempuan pengguna aplikasi kencan online menunjukkan tanda-tanda rasa rendah diri.

Baca Juga: Berita Terpopuler: Vonis dari Hakim untuk Steve Emmanuel hingga Rumah Ririn Dwi Ariyanti yang Kelewat Mewah

Persentase tersebut lebih tinggi daripada mereka yang tidak menggunakan aplikasi kencan.

Umumnya, pengguna Tinder mengalami kepuasan yang rendah terhadap tubuh mereka sendiri.

Jessica Strübel, sang peneliti mengatakan bahwa sebagai hasil dari bagaimana aplikasi bekerja dan apa yang dibutuhkan penggunanya, orang-orang di Tinder setelah beberapa saat mungkin akan mengalami depersonalisasi dalam interaksi sosial mereka.

Kesadaran mereka akan penampilan dan tubuh akan meningkat dan selalu merasa ada yang lebih baik dari mereka.

Bahkan, mungkin sampai mempertanyakan harga diri mereka sendiri.

Baca Juga: Istri Sah Pablo Benua Angkat Bicara, Pernah Minta Cerai dan Tahu Suaminya Menikah Lagi dari Media Sosial

2. Rasa Sakit Akibat Penolakan

Sama halnya dengan di dunia nyata, kita tetap bisa merasakan sakit hati yang sama saat di dunia maya.

Misalnya saja, kerapkali kita tidak mendapat balasan dari orang-orang di aplikasi kencan tersebut.

Selain itu, juga saat kita menyukai profil orang, namun orang tersebut tidak menyukai balik.

Baca Juga: Istri Sah Pablo Benua Angkat Bicara, Pernah Minta Cerai dan Tahu Suaminya Menikah Lagi dari Media Sosial

Tak sedikit pula, yang menjalani kencan nyata dengan orang yang dikenalnya secara online.

Namun setelah bertemu langsung, ternyata teman kencannya tersebut malah menghilang tanpa jejak.

Dilansir dari CNN.com pada 5 Juni 2018 lalu, penelitian pada 2011 oleh Proceedings of The National Academy of Sciences mengungkapkan bahwa penolakan terasa menyakitkan.

Bahkan, perasaan ditolak menstimulasi bagian otak yang sama dengan bagian otak yang memproses luka fisik.

Baca Juga: Maia Estianty Dianggap Tukang Sindir karena Kata-Kata Ini, Warganet: Takdirmu Begitu Adanya

3. Kecanduan, Depresi, dan Kecemasan

Tahun lalu, Match.com telah merilis studi yang berbasis relawan untuk meneliti trend kencan saat ini.

Meskipun survey tersebut tidak bersifat ilmiah, namun hasilnya cukup mengejutkan.

Hampir 1 dari 6 yang masih single mengaku memiliki kecanduan akan proses pencarian jodoh kencan secara online.

Baca Juga: Rezky Aditya Gagal Nikah, Nia Ramadhani Dituding Main Api: Jangan Cemburu sama Gue, Nggak Penting!

Kaum milenial 125% cenderung merasa kecanduan akan kencan online.

97% pria lebih banyak merasa kecanduan akan kencan dibandingkan perempuan yang hanya 54% saja.

Psikolog Alejandro Lleras, profesor Psikologi dari University of Illinois mengungkapkan bahwa orang-orang yang memiliki kecanduan akan internet dan smartphone cenderung mengalami depresi dan kecemasan. (*)